BRUSSEL | Priangan.com – Hubungan Uni Eropa dan Cina kembali memanas, setelah pada 8 Juli 2025 Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyampaikan peringatan serius kepada Beijing dan menuduh Beijing berperan dalam menopang mesin perang Rusia.
Leyen menyampaikan pidato tajam di Parlemen Eropa atas posisi Cina dalam konflik Ukraina dengan mengatakan “secara de facto memfasilitasi ekonomi perang Rusia,”. Leyen juga menambahkan bahwa UE “tidak dapat menerima hal ini.” tambahnya.
Tidak hanya itu, Leyen megatakan bahwa hubungan keterlibatan Cina dengan Putin akan menjadi faktor penentu bagi hubungan UE-China ke depan,”. Ia juga juga mengecam Cina bahwa “secara tegas mengutuk pelanggaran serius Rusia terhadap kedaulatan, integritas teritorial, dan batas-batas internasional Ukraina.”
Selain itu, Leyen juga menuding Cina telah melakukan praktik ekonomi yang tidak adal, dan menyatakan bahwa produsen Cina telah “membanjiri pasar global dengan barang-barang murah yang disubsidi”, yang dianggap Leyen sebagai upaya “menghapus pesaing.”.
Sebelumnya, Cina membantah tuduhan yang diberikan UE. Hal tersebut disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina Mao Ning, ia mengatakan Bahia “Posisi China terhadap krisis Ukraina adalah objektif dan konsisten, yaitu negosiasi, gencatan senjata, dan perdamaian,” ungkapnya pada bulan lalu.
Mao juga mengkritik sanksi sepihak yang diterapkan oleh negara-negara Barat terhadap Rusia, dan menyebut upaya Cina dalam memediasi antara Moskow dan Kiev sebagai tanogung jawab global.
Ketegangan antara UE dan Cina semakin meningkat pasca Vladimir Putin dan Xi Jinping bertemu dalam beberapa bulan terakhir. Ketagangan UE dan Cina akan berdampak terhadap manuver Beijing dalam menjaga hubungan antara Moskow ataupun Eropa. (zia)