INTERNASIONAL | Priangan.com – Sebuah insiden besar melanda dunia teknologi dan bisnis, pada Jumat, 19 Juli 2024, ketika pemadaman sistem komputer global terjadi akibat kesalahan dalam pembaruan perangkat lunak dari CrowdStrike. Insiden ini menyoroti kerentanan teknologi yang semakin saling terhubung di era digital ini.
Kejadian ini berawal dari pembaruan perangkat lunak yang cacat dari CrowdStrike, sebuah firma keamanan siber global. Pembaruan yang bermasalah ini menyebabkan gangguan luas, menghentikan operasi penerbangan, menghentikan siaran media, serta membuat layanan penting seperti perawatan kesehatan dan perbankan tidak dapat diakses.
CrowdStrike, meski tidak dikenal luas oleh masyarakat umum, merupakan perusahaan dengan nilai pasar mencapai $83 miliar dan memiliki lebih dari 20.000 pelanggan di seluruh dunia, termasuk raksasa teknologi seperti Amazon dan Microsoft. CEO CrowdStrike, George Kurtz, mengakui adanya cacat dalam pembaruan perangkat lunak mereka dan meminta maaf atas dampak yang ditimbulkan kepada pelanggan dan publik.
Dampak dari pemadaman ini menimbulkan kekhawatiran serius tentang ketergantungan kita pada beberapa perusahaan besar dalam mengendalikan perangkat lunak yang sangat penting. Para ahli memperingatkan bahwa organisasi harus lebih siap dalam menghadapi rencana darurat jika terjadi kegagalan sistem seperti ini di masa depan.
Akibat pemadaman ini, pasar saham juga mengalami fluktuasi yang signifikan. Saham CrowdStrike turun 11%, sementara pesaingnya mengalami kenaikan. Selain itu, ribuan penerbangan dibatalkan, dan banyak bank serta perusahaan jasa keuangan melaporkan gangguan dalam transaksi mereka.
CrowdStrike tidak hanya dikenal karena peranannya dalam keamanan siber tetapi juga keterlibatannya dalam isu-isu besar seperti ‘Russiagate’. Pada tahun 2016, perusahaan ini menyimpulkan bahwa Rusia berada di balik pencurian data dari server Komite Nasional Demokrat AS. Kesimpulan ini memperkuat penyelidikan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS dan menunjukkan bagaimana teknologi dan politik dapat saling berhubungan.
Presiden Joe Biden telah diberi pengarahan mengenai pemadaman ini. Badan Keamanan Siber dan Keamanan Infrastruktur AS juga melaporkan adanya aktivitas jahat dari peretas yang memanfaatkan kekacauan ini untuk melakukan tindakan phishing dan serangan siber lainnya.
Peristiwa ini mengungkapkan betapa rentannya sistem teknologi global kita dan pentingnya memiliki rencana darurat yang solid. Sebagai respons, lebih dari 100 teknisi sedang bekerja keras untuk memulihkan layanan, dan CrowdStrike berkomitmen untuk memperbaiki masalah ini dan mencegah insiden serupa di masa depan.
Kasus terbaru CrowdStrike ini menunjukkan betapa pentingnya ketepatan dalam pembaruan perangkat lunak serta dampaknya yang luas. Selain itu, keterlibatan perusahaan ini dalam skandal Russiagate menyoroti bagaimana teknologi dan politik dapat saling mempengaruhi dan membentuk persepsi publik. (mth)