Historia

Di Balik Kegelapan London: Kisah Link-Boy, Pembawa Obor Abad Pertengahan

Ilustrasi para pembawa obor menerangi jalan pulang si penyewa setelah menghabiskan malam di London Abad Pertengahan. | Gutenberg

LONDON | Priangan.com – Di zaman pramodern, saat malam datang dan London masih belum memiliki penerangan jalan yang merata, berjalan di jalan-jalan yang sepi bisa sangat menantang. Namun, di tengah kegelapan itu, ada solusi yang diandalkan oleh warga London—sebuah profesi yang unik dan penting pada masanya: link-boy.

Pada abad pertengahan dan Era Victoria, ketika lampu gas atau listrik belum ada, penduduk London yang harus bepergian setelah gelap sering kali menyewa seorang pembawa obor untuk menuntun mereka di jalan-jalan gelap. Seperti taksi di masa kini, warga kota dapat memanggil seorang link-boy, seorang anak laki-laki yang bertugas membawa obor untuk menerangi jalan dan memastikan keselamatan mereka dalam perjalanan.

Link-boy biasa berkumpul di sekitar tempat-tempat ramai seperti teater, bar, dan tempat perjudian, menunggu untuk disewa. Ketika seorang calon penyewa lewat, mereka akan memanggil, “Siapa yang pulang? Siapa yang pulang?” Dengan suara khas yang menggema hingga ke Parlemen, mereka menawarkan jasa kepada anggota parlemen yang sering menggunakan layanan ini setelah rapat malam.

Link-boy tidak hanya membawa obor sederhana. Mereka menggunakan rantai api—seutas tali atau kain yang dicelupkan dalam ter, damar, atau lilin yang meleleh—untuk menyalakan api dan menerangi jalan. Obor ini sangat berguna dalam membantu sang penyewa mencapai tujuan mereka dengan aman.

Namun, meskipun menjadi pemandu jalan yang dihargai, pekerjaan link-boy tidak selalu disambut dengan rasa hormat. Banyak yang menganggap mereka dengan curiga, beranggapan bahwa mereka bisa saja bersekongkol dengan bandit untuk menipu atau merampok penyewa mereka. Kecurigaan ini semakin kuat karena sebagian besar link-boy berasal dari keluarga miskin, yang mungkin tergoda untuk memadamkan api dan meninggalkan penyewa mereka dalam kegelapan dan bahaya.

Tonton Juga :  Ini Joseph Barron, Sang Penemu Mesin ATM

Jejak-jejak dari profesi yang kini sudah hilang ini masih dapat ditemukan di seluruh London, seperti terompet logam terbalik yang tergantung di dinding rumah-rumah tua. Terompet tersebut dulunya berfungsi sebagai pemadam api, yang memungkinkan link-boy untuk memadamkan obor setelah menyelesaikan tugas mereka dan menghemat bahan bakar untuk perjalanan berikutnya.

Meski lampu jalan gas pertama kali diperkenalkan di London pada awal 1800-an, penerangannya masih sangat redup. Bahkan ketika sistem lampu gas semakin berkembang, kabut London yang terkenal tetap menjadi tantangan besar. Kabut yang tebal, yang disebabkan oleh polusi industri dan cerobong asap, sering kali menutupi jalan-jalan kota hingga menyerupai “sup kacang,” sehingga tetap memerlukan bantuan link-boy untuk menuntun orang di malam hari.

Namun, dengan kemajuan teknologi dan lampu gas yang semakin terang, profesi link-boy akhirnya mulai surut. Grosvenor Square menjadi alun-alun terakhir yang masih menggunakan lampu minyak pada tahun 1842, dan di saat yang sama, “lampu berjalan” terakhir pun padam. Meskipun demikian, kisah para pembawa obor ini tetap hidup dalam karya-karya sastra, seperti yang ditulis oleh Shakespeare dan Dickens, yang sering menggambarkan mereka sebagai tokoh kelas pekerja yang tersembunyi di latar belakang, namun tetap memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari.

Link-boy adalah salah satu contoh unik dari pekerja kelas bawah yang memberikan kontribusi besar untuk kehidupan kota yang gelap dan penuh kabut. Meskipun sering kali terabaikan dalam sejarah, mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang menjaga London tetap terang di malam hari, sebelum lampu jalan dan teknologi modern menggantikan peran mereka. (mth)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: