SUMATERA BARAT | Priangan.com – Inilah sosok Datoek Soetan Maharadja. Ia adalah pelopor Pers di Indonesia. Lahir di Solok, Sumatra Barat, pada 27 November 1862, Datoek Sutan bernama asli Mahyudin. Sejak muda, ia sudah memberikan kontribusi besar dalam perkembangan jurnalistik di Indonesia, khususnya di daerah Sumatera.
Perjalanan awal Datoek Soetan di dunia Pers dimulai ketika dirinya memutuskan berhenti menjadi seorang Jaksa di Pariaman pada 1888. Itu karena ia gagal naik pangkat. Pada saat itu, Datoek memutuskan bekerja di Surat Kabar Pelita Kecil di Minangkabau dan berhasil menduduki posisi pimpinan.
Sejak itulah, Datoek kemudian mulai menggunakan media sebagai sarana untuk menyuarakan berbagai kritik terhadap kebijakan kolonial. Topik-topik yang ia angkat, kebanyakan mencakup isu-isu sosial dan lingkungan di Sumatra Barat.
Pada awal 1900-an, misalnya, ia pernah membuat tulisan dengan judul “Kesengsaraan dan Perlindungan Rakyat Biasa” sebagai bentuk kritiknya terhadap pemerintah atas kondisi perekonomian bangsa pribumi yang kian terpuruk. Ironisnya, tulisan tajam itu malah membuat dirinya dipenjara selama satu bulan oleh pemerintah kolonial.
Meski begitu, ancaman hukum tersebut tak membuat Datoek Soetan menyerah untuk menyuarakan keadilan bagi bangsa pribumi. Pada tahun 1909, Datoek kembali menyoroti soal ketimpangan sosial. Pada saat itu ia mempermasalahnkan soal minimnya fasilitas pendidikan bagi kaum pribumi. Lewat artikel berjudul Retnodhoemilah, Datoek Soetan pun mendesak pemerintah agar lebih peduli terhadap pendidikan rakyat pribumi.
Datoek Soetan Maharadja juga aktif memperjuangkan nilai-nilai adat dan budaya Minangkabau melalui surat kabar Oetoesan Melajoe. Lewat media ini, ia mengingatkan masyarakat akan pentingnya menjaga budaya Minangkabau yang selaras dengan ajaran Islam.
Di samping itu, ia juga turut mendukung gerakan hak-hak perempuan yang dilakukan oleh Rohana Kudus. Sebagai wujud nyatanya, Datoek Soetan bahkan sengaja menggagas Soenting Meladjoe, sebuah surat kabar perempuan yang didirikan untuk mempromosikan pendidikan bagi kaum perempuan. Lewat media itu, Datoek Soetan banyak mengangkat isu-isu yang relevan dengan kemajuan perempuan.
Hingga akhir hayatnya pada tahun 1921 di Padang, Datoek Soetan masih terus setia memperjuangkan nilai-nilai adat, pendidikan, dan hak-hak rakyat Indonesia. Komitmen dan keberaniannya menjadikan Datoek Soetan Maharadja sebagai salah satu pionir dalam sejarah pers nasional. (ersuwa)