Historia

Dari Petani ke Kaisar, Perjalanan Liu Bang Mendirikan Dinasti Han

Qin Shi Huang merupakan penguasa pertama yang menyatukan Tiongkok. Tapi Dinasti Han yang didirikan oleh Liu Bang-lah yang membangun sistem pemerintahan kekaisaran yang stabil. | Public DomainQin Shi Huang merupakan penguasa pertama yang menyatukan Tiongkok. Tapi Dinasti Han yang didirikan oleh Liu Bang-lah yang membangun sistem pemerintahan kekaisaran yang stabil. | Public Domain

TIONGKOK | Priangan.com – Liu Bang, yang kelak dikenal sebagai Kaisar Gaozu, adalah sosok yang mencatatkan namanya dalam sejarah sebagai pendiri Dinasti Han, yang bertahan selama lebih dari empat abad dan meninggalkan warisan besar dalam sejarah Tiongkok. Kisah hidupnya yang bermula dari seorang rakyat jelata hingga menjadi penguasa terbesar di Tiongkok adalah salah satu perjalanan paling inspiratif dalam sejarah kekaisaran Tiongkok.

Liu Bang lahir sekitar tahun 256 SM di Kabupaten Pei, Tiongkok Timur, dalam keluarga petani miskin. Berawal dari kehidupan sederhana, Liu Bang berhasil menduduki jabatan kecil sebagai pejabat provinsi. Namun, peristiwa besar dalam hidupnya dimulai pada tahun 210 SM, ketika ia diperintahkan untuk mengawal kelompok buruh yang bekerja membangun mausoleum Kaisar Qin Shi Huang di Gunung Li dekat Xianyang. Dinasti Qin, yang didirikan oleh Kaisar Qin Shi Huang pada tahun 221 SM, terkenal dengan kepemimpinannya yang keras dan tiranik.

Ketika banyak pekerja yang melarikan diri karena ketidakadilan pemerintahan Qin, Liu Bang memilih untuk melepaskan rantai mereka dan membebaskan mereka dari pekerjaan paksa. Tindakan ini menarik perhatian sepuluh orang dari kelompok pekerja yang memutuskan untuk tetap mengikuti Liu Bang, sebuah langkah yang nantinya akan mengubah sejarah Tiongkok.

Pada tahun 210 SM, kematian Qin Shi Huang memicu kekacauan di dalam Dinasti Qin. Putra sulungnya, Fusu, dihukum mati akibat rencana kasim Zhao Gao, yang kemudian menobatkan Huhai sebagai Kaisar Kedua. Namun, pemerintahan di bawah Zhao Gao penuh dengan kesalahan, dan akibatnya, pemberontakan merebak di seluruh Kekaisaran Tiongkok.

Pemberontakan pertama dimulai di provinsi Qi oleh Chen She pada tahun 209 SM, diikuti oleh gelombang pemberontakan besar lainnya yang dipimpin oleh Xiang Liang dan keponakannya, Xiang Yu, di wilayah selatan Chu. Di tengah kekacauan ini, Liu Bang, yang sebelumnya hanya seorang penguasa kecil di Pei, berhasil bersekutu dengan Xiang Liang dan mulai menantang kekuasaan Dinasti Qin.

Tonton Juga :  Kisah Balik Proklamasi, Sebagai Tonggak Sejarah Kemerdekaan Indonesia

Setelah kemenangan besar di Xianyang pada tahun 207 SM, Liu Bang terjebak dalam konflik sengit dengan Xiang Yu. Kedua pemimpin yang dulunya sekutu ini saling curiga, dan sebuah peristiwa dramatis terjadi di Gerbang Hongmen pada tahun 206 SM, yang hampir mengakhiri kehidupan Liu Bang. Xiang Yu, yang merasa terancam, merencanakan pembunuhan terhadap Liu Bang selama sebuah pesta. Namun, berkat bantuan paman Xiang Yu dan kecerdikan Liu Bang, ia berhasil melarikan diri, menghindari kematian yang sudah di depan mata.

Pertikaian Chu-Han mencapai puncaknya dalam Pertempuran Gaixia pada Januari 202 SM. Pasukan Liu Bang, dengan bantuan jenderalnya Han Xin, akhirnya mengalahkan Xiang Yu yang bunuh diri setelah perjuangan sengit. Kemenangan ini menandai berakhirnya kekuasaan Xiang Yu dan memulai era baru di bawah kepemimpinan Liu Bang.

Liu Bang yang kini dikenal sebagai Gaozu, mendirikan Dinasti Han dan mengubah wajah Kekaisaran Tiongkok. Ia memindahkan ibu kota ke Chang’an (sekarang Xi’an) dan mengimplementasikan kebijakan yang lebih adil dibandingkan dengan pemerintahan Dinasti Qin. Gaozu mengurangi pajak, menghapuskan kewajiban tenaga kerja yang membebani rakyat, serta memberikan amnesti kepada musuh-musuhnya. Langkah-langkah ini membuatnya memperoleh dukungan luas dari rakyat dan para sarjana Konfusianisme.

Namun, Gaozu juga mempertahankan beberapa aspek dari pemerintahan Qin, seperti pembagian wilayah ke dalam 14 komando yang dipimpin oleh gubernur yang ditunjuk oleh pemerintah pusat. Ia berhasil menjaga keseimbangan antara kekuasaan kekaisaran dan dukungan lokal dari para penguasa wilayah. Kebijakan ini menciptakan fondasi yang stabil untuk Dinasti Han.

Dinasti Han di bawah Gaozu bertahan selama lebih dari empat abad dan menjadi zaman keemasan bagi peradaban Tiongkok. Di bawah penerusnya, Dinasti Han memperluas wilayahnya ke Asia Tengah, menguasai bagian timur Jalur Sutra yang menghubungkan Tiongkok dengan Kekaisaran Romawi. Peningkatan perdagangan dan pertukaran budaya melalui Jalur Sutra memperkaya kekaisaran.

Tonton Juga :  Menyelami Sejarah Melalui Lensa Soe Hoek Gi, Suara Kritis untuk Indonesia

Pada saat yang sama, Dinasti Han menghadapi ancaman dari suku Xiongnu di utara, yang dipimpin oleh Modu. Gaozu, meskipun terperangkap dalam Pertempuran Baideng pada 200 SM, akhirnya mengadopsi kebijakan heqin, yang mengatur pernikahan antara wanita bangsawan Tiongkok dan pemimpin Xiongnu sebagai bagian dari perjanjian damai.

Kaisar Gaozu meninggal pada tahun 195 SM dan digantikan oleh putranya, Kaisar Hui. Dinasti Han yang didirikan oleh Liu Bang menjadi tonggak penting dalam sejarah Tiongkok, menciptakan identitas nasional yang kuat yang bertahan hingga hari ini. Orang Han, yang merupakan kelompok etnis mayoritas di Tiongkok, masih menggunakan aksara dan bahasa yang berasal dari zaman Han.

Meskipun Qin Shi Huang dikenang sebagai penguasa pertama yang menyatukan Tiongkok, ia meninggalkan kekaisaran yang rapuh dan penuh tirani. Sebaliknya, Dinasti Han di bawah Liu Bang (Gaozu) memberikan fondasi bagi sistem pemerintahan yang stabil dan berkembang, serta memperkenalkan konsep kekaisaran yang menyatukan seluruh Tiongkok. Warisan Dinasti Han adalah salah satu fondasi utama yang membentuk Tiongkok modern.(mth)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: