CHICAGO | Priangan.com – Ada seseorang yang begitu percaya diri dengan pengetahuannya hingga rela mempertaruhkan nyawa demi membuktikan keyakinannya. Seorang ilmuwan yang begitu terpesona oleh subjek yang ia pelajari, sampai-sampai ia menuliskan perkembangan keracunan yang dialaminya sendiri, alih-alih mencari pertolongan.
Karl Patterson Schmidt adalah orang tersebut. Ia adalah seorang ilmuwan Amerika terkemuka dalam bidang herpetologi, yakni studi tentang amfibi dan reptil. Selama hidupnya, ia dikenal luas sebagai ahli ular, dengan pengalaman bertahun-tahun menangani berbagai spesies berbisa.
Schmidt bekerja di American Museum of Natural History di New York. Ia kemudian melanjutkan kariernya di Field Museum di Chicago. Di sana, ia memimpin ekspedisi ke Amerika Tengah dan Selatan untuk mengumpulkan spesimen bagi museum.
Ia juga pernah menjabat sebagai presiden American Society of Ichthyologists and Herpetologists. Di balik karier cemerlangnya, Schmidt justru dikenal publik melalui akhir hidupnya yang tragis akibat gigitan seekor ular yang dianggapnya tidak mematikan.
Pada tahun 1957, sebuah insiden mengejutkan dunia ilmiah. Seekor ular boomslang muda dikirim oleh direktur Kebun Binatang Lincoln Park kepada Schmidt untuk diidentifikasi.
Boomslang (Dispholidus typus) adalah spesies ular Afrika yang kala itu belum banyak diteliti. Saat diperiksa, ular yang gelisah itu menggigit ibu jari kiri Schmidt.
Meski digigit, ia memilih untuk tidak mencari pertolongan medis. Ia meyakini bahwa racun boomslang tidak cukup kuat untuk membunuh manusia. Alih-alih berobat, Schmidt mencatat perkembangan gejala yang ia alami secara rinci dalam jurnal pribadinya.
Ia seolah mengamati percobaan ilmiah pada dirinya sendiri.
Dalam catatannya, Schmidt menggambarkan gejala awal seperti mual, menggigil, demam, serta pendarahan dari gusi dan selaput lendir. Ia tetap beraktivitas seperti biasa, bahkan mencatat menu sarapannya.
Namun, urine-nya mulai bercampur darah. Pendarahan dari mulut dan hidung pun terus berlanjut.
Kondisinya memburuk drastis pada siang hari berikutnya. Ia sempat menelepon istrinya, tetapi saat bantuan medis tiba, Schmidt sudah kesulitan bernapas dan tidak responsif.
Ia dinyatakan meninggal pada 26 September 1957. Upaya penyelamatan di rumah sakit gagal. Hasil otopsi menunjukkan pendarahan internal hebat di paru-paru, ginjal, jantung, otak, dan mata.
Itu adalah tanda-tanda khas dari racun boomslang. Racun ini menyebabkan gangguan pembekuan darah parah atau disseminated intravascular coagulation.
Pada masa itu, pemahaman tentang racun boomslang masih minim. Antibisa khusus pun belum tersedia.
Banyak pihak bertanya-tanya apakah Schmidt bisa diselamatkan jika ia segera mencari pengobatan. Namun kenyataan saat itu membuat pertanyaan itu sulit dijawab dengan pasti.
Tragisnya, boomslang bukanlah ular agresif. Spesies ini tergolong pemalu dan akan menghindar dari ancaman. Mereka hanya menggigit jika merasa terdesak atau saat seseorang mencoba menangkap atau menyentuhnya.
Kematian Schmidt adalah hasil dari kesalahan penilaian pribadi. Hal ini juga diperkuat oleh kepercayaan ilmiah yang keliru pada zamannya.
Di luar insiden tersebut, Schmidt meninggalkan warisan besar bagi dunia ilmu pengetahuan. Ia menamai lebih dari 200 spesies baru dan dikenal luas sebagai pakar utama dalam studi ular karang.
Karya-karyanya berjumlah lebih dari 15.000 judul literatur herpetologi. Koleksi ini kini menjadi bagian penting dari Perpustakaan Herpetologis Memorial Karl P. Schmidt di Field Museum.
Perjalanan hidup dan kematiannya menjadi pengingat. Bahkan ilmuwan paling berpengalaman pun tidak kebal terhadap kesalahan. Rasa ingin tahu ilmiah, jika tidak disertai kehati-hatian, dapat berujung pada konsekuensi fatal. (LSA)