Bertahan di Tengah Keterbatasan, Yayasan Yamu’ti Belum Pernah Dapat Bantuan dari Pemkot Tasikmalaya

TASIKMALAYA | Priangan.com – Di Kampung Rahayu 2, Kelurahan Sukahurip, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, berdiri sebuah yayasan sosial yang nyaris tak tersentuh perhatian pemerintah. Namanya Yayasan Mutiara Titipan Illahi (Yamu’ti).

Sejak berdiri pada tahun 2019, yayasan ini telah menjadi rumah bagi puluhan anak yatim, duafa, lansia, hingga bayi yang ditelantarkan—semua diasuh dengan penuh kasih sayang dalam kondisi yang jauh dari layak.

Ketua yayasan, Irma Arlianti, bersama suaminya H. Abdurohman, membangun tempat ini dengan tekad kuat untuk merangkul mereka yang tersingkir dari sistem dan tak punya tempat kembali.

Namun perjuangan besar itu berlangsung di fasilitas yang serba terbatas. Bangunan utama yayasan hanya berdinding kayu tipis, beratap asbes yang bocor, dan berlantaikan tanah. Bahkan, pintu yang layak pun tidak tersedia.

Ketika hujan turun, air dengan mudah masuk ke dalam, membuat anak-anak harus menyingkir ke sudut ruangan sambil menggulung tikar yang basah.

“Kami berdiri sendiri sejak awal. Sejauh ini belum pernah ada bantuan resmi dari Pemerintah Kota Tasikmalaya,” ujar Irma saat ditemui Minggu (1/6/2025).

“Kalau dari lembaga pemerintah, belum pernah. Pernah memang ada yang datang, seperti Kapolres saat acara tertentu, dan Pak Ivan Dicksan (Mantan Sekda Kota Tasikmalaya, red) juga sempat hadir. Tapi itu bukan bantuan resmi, lebih ke kunjungan pribadi,” tambah Irma.

Yayasan ini kini menampung sekitar 65 orang yang tinggal secara rutin, ditambah belasan lainnya yang menerima santunan berkala. Bahkan, beberapa bayi yang baru lahir pun ikut diasuh karena ditinggalkan atau dititipkan oleh orang tua yang tak mampu mengurus.

“Tidak semua anak yatim. Ada juga yang dititipkan karena orang tuanya merasa belum mampu. Kami tak pernah menolak siapa pun. Yang penting mereka aman dan tidak terlantar,” ujarnya.

Lihat Juga :  Ini Alasan Mengapa PDIP Baru Pecat Jokowi Sekarang

Untuk kebutuhan harian, Yamu’ti sepenuhnya bergantung pada donatur perorangan. Jika sedang tidak ada bantuan, mereka tetap bertahan—kadang cukup dengan nasi dan kecap. Meski sederhana, suasana di dalam yayasan tetap hangat. Kebersamaan dan rasa saling menguatkan menjadi fondasi utama.

Lihat Juga :  Mencicip Omzet Manis Jualan Kurma di Bulan Ramadan

Yang kini sangat dibutuhkan bukan hanya bantuan makanan, tetapi juga perbaikan fasilitas dasar seperti dapur, WC, dan kendaraan operasional. Mobil untuk menjemput anak-anak sekolah sudah tak bisa dipakai. Kondisi bangunan pun kian rapuh dan membahayakan penghuni.

Irma menyampaikan bahwa pihaknya tidak menuntut bantuan besar, tapi berharap ada perhatian nyata dari pihak berwenang, terutama dari Pemkot Tasikmalaya yang hingga kini belum pernah memberikan dukungan secara kelembagaan.

“Kami tidak ingin dipuji, hanya ingin anak-anak di sini bisa hidup lebih layak. Setidaknya, pemerintah tahu kami ada dan butuh dibantu,” tuturnya lirih.

Yamu’ti adalah tempat terakhir bagi banyak jiwa kecil yang tak punya sandaran. Di balik bangunan yang nyaris roboh itu, tersimpan perjuangan tanpa pamrih, yang hingga kini masih berdiri—meski tanpa sokongan negara. (yna)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos