JAYAPURA | Priangan.com – Keberadaan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Provinsi Papua seolah jadi permasalahan pelik yang sukar diselesaikan. Berkali-kali ganti kepala negara, mereka masih tetap saja ada. Selama beberapa dekade merajalela dan menebar teror di berbagai kawasan Papua. Akibatnya, masyarakat sipil yang harus merana. Mereka didera rasa ketakutan dalam waktu yang cukup lama.
KKB tercatat sudah ada sejak tahun 1965. Awalnya, mereka bernama Organisasi Papua Merdeka. Dibentuk dengan misi untuk memisahkan Provinsi Papua dari Indonesia. Namun, lantaran dalam mencapai tujuannya itu mereka kerap melakukan aksi kriminal bersenjata yang tak jarang merenggut korban jiwa, pemerintah pun mulai menyebut gerakan separatis tersebut dengan sebutan Kelompok Kriminal Bersenjata.
Berdasarkan catatan yang ada, KKB Papua bukanlah sebuah entitas tunggal. Faktanya, ada beberapa kelompok yang aktif beroperasi. Namun, yang saat ini paling banyak melakukan teror adalah kelompok separatis yang dipimpin oleh sosok Egianus Kogoya. Mereka kerap melakukan teror di beberapa wilayah Papua Pegunungan, seperti Nduga, Yahukimo, dan Intan Jaya.
Selama tujuh tahun terakhir saja, tepatnya sejak tahun 2017, sudah ada puluhan dosa yang dilakukan oleh kelompok kriminal ini. Dosa-dosa itu mulai dari aksi penembakan, pembantaian, pembakaran, pembunuhan, pemerkosaan, penganiayaan, pengancaman, hingga aksi penculikan.
Yang paling menggemparkan adalah aksi pembantaian terhadap 31 karyawan PT Istaka Karya yang sedang membangun sebuah jembatan di kawasan Kali Yigi. Kejadian itu dilaporkan terjadi pada 2 Desember 2018. Keesokan harinya, mereka juga tercatat menyerang sebuah pos TNI yang ada di kawasan Distrik Mbua. Satu orang personel TNI dikabarkan gugur akibat penyerangan ini.
Selain itu, KKB pimpinan Egianus Kogoya juga telah melakukan aksi penculikan terhadap salah seorang pilot maskapai Susi Air, Kapten Philip Mark Mehrtens. Kejadian itu bermula ketika pesawat yang dipiloti Kapten Philip dengan nomor seri SI9368 dinyatakan hilang kontak pada Selasa, 7 Februari 2023 lalu.
Sekitar dua jam berikutnya, pesawat itu pun memancarkan sinyal darurat yang ditanggapi langsung oleh pihak maskapai. Namun, setelah dikirimkan pesawat lain untuk pengecekan, ternyata pesawat yang dipiloti oleh Kapten Philip ditemukan dalam kondisi terbakar di Lapangan Terbang Distrik Paro.
Tak berselang lama, KKB pimpinan Egianus Kogoya pun mengeluarkan pernyataan tertulis. Mereka mengaku bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas perusakan pesawat sekaligus penculikan pilot berkebangsaan Selandia Baru itu. Dalam keterangan tersebut juga disebutkan bahwa pihak KKB tak akan melepaskan pilot hingga Papua benar-benar meraih kemerdekaannya.
Benar saja. Satu tahun lebih berlalu, pilot Susi Air itu sampai saat ini masih jadi tawanan KKB. Bahkan, nasibnya pun belum diketahui pasti. Terakhir, pada November 2023 lalu, KKB merilis sebuah video yang sempat viral di media sosial. Mereka mengancam akan membunuh pilot tersebut apabila pemerintah Indonesia tidak segera mengakui kemerdekaan Papua.
Pada Rabu, 31 Juli 2024, kemarin, KKB Papua juga kembali berulah. Mereka lagi-lagi melancarkan aksi kejamnya di Yahukimo, Kawasan Papua Pegunungan. Selain membakar sebuah truk, mereka juga membunuh seorang warga setempat.
Kejadian itu bermula ketika Abdul Muzakir (32), yang berprofesi sebagai seorang sopir truk, bersama empat belas temannya hendak pergi menuju Kampung Masi untuk mengambil kayu. Namun, di tengah perjalanan, mereka diadang enam anggota KKB.
“Mereka diadang enam anggota KKB. Satu orang membawa senjata api SS2 dan lima lainnya memegang parang. Abdul Muzakir berusaha melarikan diri namun truk mengalami kendala dan berhenti di tengah jalan. Korban Abdul dan rekannya Neri Ommu melarikan diri, namun dia meninggal akibat luka-luka. Jenazahnya dievakuasi ke RSUD Dekai. Korban Neri Ommu selamat dan melaporkan kejadian tersebut,” beber Kasatgas Humas Ops Damai Cartenz-2024, Kombes Pol Dr Bayu Suseno, seperti dikutip Inews.com, Sabtu, 3 Agustus 2024.
Bayu menambahkan, ada sejumlah barang bukti yang berhasil ditemukan aparat di lokasi kejadian. Beberapa di antaranya adalah dua unit ponsel yang kondisinya sudah hangus terbakar, lima botol minuman dingin, satu kantong kresek berisi pinang, sandal jepit, baju, serta satu bungkus rokok.
Menurutnya, selain Abdul dan Neri, tiga belas orang lainnya yang sempat melarikan diri dari kejaran para anggota KKB kini sudah berhasil ditemukan oleh tim gabungan Satgas Ops Damai Cartenz dan Polres Yahukimo dan Brimob Polda Papua. Mereka semua telah kembali ke rumahnya masing-masing.
“Sementara untuk para pelaku, kita masih terus dalami dengan melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengetahui identitas mereka,” tutupnya.
Lantas, sampai kapan KKB akan merajalela? (wrd)