Historia

Bayang-Bayang Kelam di Balik Kuil Yasukuni

Kuil Yasukuni pada tahun 1873. | Wikipedia.

TOKYO | Priangan.com – Ada sebuah tempat di Tokyo yang tampak begitu tenang, dipenuhi pohon sakura yang mekar indah setiap musim semi. Dari luar, tempat itu tampak hanya sebagai lokasi peristirahatan bagi mereka yang gugur demi Jepang. Namun, di balik keheningan itu, tersembunyi cerita kontroversial yang masih membayangi hubungan Jepang dengan negara-negara tetangganya hingga hari ini.

Yasukuni Jinja atau Kuil Yasukuni yang terletak di Chiyoda, Tokyo, adalah tempat yang penuh makna bagi masyarakat Jepang. Didirikan untuk menghormati mereka yang tewas demi negara, kuil ini menyimpan nama sekitar 2,4 juta jiwa, termasuk pria, wanita, anak-anak, dan bahkan hewan yang gugur dalam berbagai konflik, mulai dari Perang Boshin (1868–1869) hingga Perang Dunia II.

Mayoritas yang dihormati di kuil ini adalah prajurit militer, namun ada juga warga sipil seperti perawat Palang Merah, sukarelawan serangan udara, pekerja pabrik, serta mereka yang meninggal di kamp kerja paksa Soviet atau kapal dagang.

Namun, di balik kesuciannya, Kuil Yasukuni juga menjadi simbol kontroversi yang mendalam. Di antara jutaan nama yang dihormati, terdapat lebih dari 1.000 penjahat perang yang dihukum oleh Pengadilan Kejahatan Perang Tokyo setelah Perang Dunia II.

Mereka yang termasuk dalam daftar ini bertanggung jawab atas berbagai kejahatan mengerikan, seperti pembantaian, penyiksaan, kerja paksa, hingga perusakan wilayah tanpa alasan militer yang jelas.

Salah satu tragedi terburuk yang melibatkan pasukan Jepang adalah Pembantaian Nanjing pada tahun 1937, di mana ratusan ribu warga Tiongkok dibunuh dan ribuan perempuan diperkosa secara brutal.

Selain itu, eksperimen manusia yang kejam dilakukan oleh para dokter Jepang terhadap para tawanan perang. Sejumlah besar wanita muda Asia juga dipaksa menjadi “jugun ianfu” atau budak bagi tentara Jepang. Hingga kini, Korea Selatan dan Tiongkok masih berjuang untuk mendapatkan permintaan maaf resmi yang tulus dari Jepang atas kekejaman masa lalu tersebut.

Tonton Juga :  Dari Propaganda ke Pemahaman: Perjalanan Willem Oltmans Menemui Sosok Sukarno

Meskipun beberapa pemimpin Jepang pernah menyampaikan permintaan maaf, banyak yang menilai bahwa permintaan maaf tersebut belum sepenuhnya tulus.

Tindakan seperti kunjungan pejabat tinggi Jepang ke Kuil Yasukuni dianggap kontradiktif dan menambah kecurigaan bahwa Jepang belum sepenuhnya mau mengakui kesalahan masa lalunya.

Berbeda dengan Jerman yang secara terbuka meminta maaf atas kekejaman Nazi, Jepang justru dinilai berusaha menyembunyikan sisi gelap sejarahnya.

Buku-buku sejarah di Jepang banyak yang meminimalisir atau bahkan mengabaikan peristiwa kontroversial seperti Pembantaian Nanjing dan eksploitasi jugun ianfu. Beberapa politisi Jepang bahkan menyangkal fakta sejarah ini.

Pengadilan Tokyo pada tahun 1946 mengklasifikasikan penjahat perang Jepang menjadi tiga kelas: Kelas A, B, dan C. Setelah masa pendudukan Sekutu berakhir pada 1952, muncul desakan untuk merehabilitasi para penjahat perang. Pemerintah Jepang bahkan menerbitkan memorandum yang memberikan kembali hak-hak sipil para penjahat perang.

Pada tahun 1978, Matsudaira Nagayoshi, kepala pendeta kuil saat itu, secara diam-diam mengabadikan 14 penjahat perang Kelas A di Kuil Yasukuni. Ketika kabar ini terungkap, Kaisar Jepang menolak untuk mengunjungi Yasukuni sebagai bentuk ketidaksetujuannya. Hingga kini, tak satu pun Kaisar Jepang yang pernah berziarah ke sana.

Kunjungan para pejabat tinggi Jepang ke Yasukuni dianggap sebagai bentuk pengagungan terhadap masa lalu militeristik Jepang. Kuil Yasukuni kini tak lagi sekadar tempat suci untuk mengenang yang gugur, tetapi juga menjadi simbol nasionalisme Jepang yang kontroversial.

Kuil Yasukuni tetap menjadi duri dalam hubungan Jepang dengan negara-negara Asia, terutama Tiongkok dan Korea Selatan. Kunjungan para pejabat Jepang ke kuil ini sering memicu protes dan ketegangan diplomatik. (Lsa)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: