Daily News

Bawa “Bapa Aing”, Dedi Mulyadi Tancap Gas Maju Pilgub Jabar

Muncul dengan jargon “Bapa Aing”, Dedi kini mengincar kursi gubernur Jawa Barat | Den

BANDUNG | Priangan.com – Politikus yang satu ini memang beda sendiri. Bukan hanya penampilannya yang tak pernah lepas dari ikat kepala, tapi juga perilaku dan tutur katanya lain dari yang lain. Ia seringkali ringan tangan membantu orang, tapi terkadang mudah marah dan menghardik siapa saja yang tidak sejalan dengannya.

Dia adalah Dedi Mulyadi, politikus Partai Gerindra yang tengah berambisi menjadi gubernur Jawa Barat. Di dunia politik, pria kelahiran Subang ini bukan pendatang baru. Di usianya yang baru 28 tahun, ia dipercaya masyarakat untuk menjadi anggota DPRD Purwakarta.

Belum tuntas menyelesaikan tugasnya sebagai legislator, ia terpilih menjadi wakil bupati Purwakarta periode 2003 s.d. 2008, mendampingi Lily Hambali. Keberhasilannya itu mencatatkan rekor politik sebagai wakil bupati termuda. Kala itu Dedi masih berusia 32 tahun.

Tak puas jadi wakil, pada pilkada 2008-2013, Dedi maju sebagai calon bupati, berpasangan dengan Dudung Supardi. Dedi menang dan menjadi bupati pertama Purwakarta yang dipilih langsung rakyat. Kemenenangannya kembali terulang dalam pilkada Purwakarta 2013-2018.

Saat menjabat bupati di periode kedua, putra bungsu sembilan bersaudara dari pasangan Sahlin Ahmad Suryana dan Karsiti ini dipercaya menjadi Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat periode 2016-2020, menggantikan Irianto MS Syafiuddin.

Selain aktif di dunia politik, Dedi pun kerap menunjukkan kecintaan mendalamnya pada budaya. Bahkan, kedua hal itu digabungkannya menjadi satu. Saat menjadi bupati, misalnya, ia menghiasi Purwakarta dengan berbagai patung, termasuk membuat kereta kencana Nyi Roro Kidul yang rutin diberi sesajen dan kemenyan.

Selain itu, pohon-pohon di Purwakarta pun dibungkus poleng atau kain kotak hitam putih demi keberkahan. Karenanya, banyak yang menilai langkah-langkah Dedi Mulyadi itu bagian kemusyirikan, salah satunya disampaikan Habib Rizieq Shihab.

Tonton Juga :  Wahid: Ada Tiga Janji Politik Yusuf yang Tidak Terlaksana

Dedi merespons santai beragam komentar miring yang ditujukan kepada dirinya. Terkait tudingan syirik, ia berdalih hal itu merupakan wilayah keyakinan individu yang letaknya di dalam hati, sehingga tidak bisa diterka oleh orang di luar dirinya.

Alumnus Sekolah Tinggi Hukum Purnawarman ini memang sudah terbiasa dengan kerasnya kehidupan, sehingga bermacam reaksi baik-buruk tak membuatnya melayang atau ambruk. Sebelum sukses di jalur politik, ia pernah jadi pedagang hingga tukang ojek. Pengalaman itu membentuk Dedi menjadi pribadi yang kuat dan tak mudah menyerah.

Tak heran, kendati pernah kalah dalam Pilgub Jawa Barat pada 2018, ambisi politik Dedi tetap menyala. Kini, dengan jargon “Bapa Aing”nya, ia mengincar kursi gubernur Jawa Barat yang sudah lama ditinggalkan Ridwan Kamil.

Untuk memuluskan ambisinya tersebut, Dedi mengambil langkah politik yang terbilang berani. Setelah lebih dari dua puluh tahun berkarier di Partai Golkar, Dedi memutuskan keluar dan pindah ke Gerindra. Namun, itu tak membuat suara Dedi Mulyadi rontok.

Kendati sudah tidak di partai beringin, raihan suaranya masih kokoh. Dalam pileg 2024 kemarin, Dedi yang maju sebagai caleg DPR RI dari Gerindra untuk daerah pemilihan VII Jawa Barat mendapatkan lebih dari 355 ribu suara, dan menempatkannya di posisi ketiga sebagai caleg peraih suara terbanyak secara nasional. (jay)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: