BERLIN | Priangan.com – Salah satu letusan gunung berapi paling dahsyat yang pernah tercatat dalam sejarah adalah letusan Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, Indonesia, pada April 1815.
Letusan ini memuntahkan abu vulkanik dalam jumlah besar ke atmosfer, yang menghalangi sinar matahari dan menyebabkan penurunan suhu secara drastis, serta memicu anomali cuaca global. Suhu yang lebih dingin dan perubahan pola cuaca mengakibatkan gagal panen serta kelaparan di berbagai belahan dunia. Kondisi ini berlangsung selama beberapa tahun, dengan puncaknya terjadi pada tahun 1816, yang dikenal sebagai “Tahun Tanpa Musim Panas.”
Kelangkaan sumber daya yang terjadi berdampak besar pada kehidupan sehari-hari. Banyak orang tidak dapat memberi makan hewan mereka, seperti kuda dan bagal, yang saat itu menjadi moda transportasi utama.
Namun, di tengah situasi sulit tersebut, seorang penemu muda asal Jerman bernama Karl von Drais mendapatkan inspirasi untuk menciptakan alat transportasi yang tidak bergantung pada tenaga hewan, melainkan hanya menggunakan tenaga manusia. Dari pemikiran inilah lahir sebuah inovasi yang kini dikenal sebagai sepeda.
Von Drais menciptakan Laufmaschine, atau “mesin berjalan,” yang terdiri dari dua roda sejajar berbahan kayu. Rangka kayu horizontal menghubungkan kedua roda tersebut, dengan sebuah kursi kecil berlapis kulit ditempatkan di tengah untuk kenyamanan pengendara. Sebuah tiang vertikal yang dilengkapi palang pegangan terhubung ke roda depan untuk kemudi.
Pada 12 Juni 1817, Karl von Drais menguji coba Laufmaschine dengan menempuh perjalanan dari Mannheim menuju tempat kerjanya di Baden. Perjalanan ini hanya memakan waktu sekitar satu jam, jauh lebih cepat dibandingkan berjalan kaki dengan rute yang sama.
Enam bulan kemudian, tepatnya pada 12 Januari 1818, ia mengajukan permohonan paten di Prancis dan memperkenalkan istilah “vélocipède” untuk menggambarkan penemuannya. Setelah mendapatkan paten, kendaraan ini menarik perhatian masyarakat Prancis dan dikenal dengan sebutan “draisienne” sebagai penghormatan kepada penciptanya.
Von Drais kemudian memamerkan Laufmaschine, atau “mesin berjalan,” ini di berbagai ibu kota Eropa, menarik perhatian banyak orang dengan desain serta fungsinya yang inovatif. Demonstrasi ini membangkitkan minat besar, menghasilkan banyak pesanan untuk kendaraan bertenaga manusia tersebut.
Namun, karena Von Drais memproduksi setiap unit secara pribadi, waktu pengiriman menjadi sangat lama, sehingga antusiasme masyarakat terhadap penemuannya mulai meredup di Eropa pada akhir tahun yang sama. Melihat potensi besar alat ini, para produsen di Prancis dan Inggris pun mulai memproduksi versi mereka sendiri.
Dengan inovasi ini, Karl von Drais menjadi pelopor dalam perkembangan transportasi bertenaga manusia, yang kemudian berkembang menjadi sepeda modern yang kita kenal sekarang.
Terinspirasi oleh tantangan zaman, ia membuktikan bahwa dari kesulitan dapat lahir sebuah inovasi yang mampu mengubah dunia. (Lsa)