KUALA LUMPUR | Priangan.com – Para menteri luar negeri negara anggota ASEAN berkumpul di Kuala Lumpur pada Senin, 22 Desember 2025, guna mengupayakan pemulihan gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja. Konflik bersenjata yang kembali pecah dalam dua pekan terakhir itu dilaporkan menewaskan sekitar 60 orang dan memaksa lebih dari setengah juta warga meninggalkan tempat tinggalnya.
Pertemuan ini menjadi dialog tatap muka pertama antara perwakilan Bangkok dan Phnom Penh sejak bentrokan kembali terjadi pada 8 Desember. ASEAN berupaya menyelamatkan gencatan senjata yang sebelumnya disepakati menyusul insiden perbatasan pada Juli lalu, yang disebut sebagai konflik paling serius antara kedua negara dalam beberapa dekade.
Menteri Luar Negeri Malaysia Mohamad Hasan menegaskan ASEAN memiliki tanggung jawab untuk mencegah eskalasi lebih lanjut. “ASEAN harus melakukan segala upaya yang diperlukan demi menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan,” ujar Hasan dalam sambutan pembukaan pertemuan.
Ia menambahkan, tujuan pertemuan ini tidak hanya meredakan ketegangan, tetapi juga membangun kembali kepercayaan antara pihak-pihak yang bertikai serta membuka ruang dialog di tengah perbedaan yang masih mengemuka.
Upaya regional tersebut berlangsung di tengah diplomasi terpisah yang dilakukan Amerika Serikat dan China, meski sejauh ini belum menunjukkan hasil konkret. Thailand dan Kamboja saling menuding telah melanggar gencatan senjata serta kesepakatan lanjutan yang dicapai di Malaysia pada Oktober lalu, yang mencakup penarikan pasukan, senjata berat, serta pembersihan ranjau.
Bentrokan bersenjata dilaporkan terjadi di sejumlah titik sepanjang perbatasan kedua negara yang membentang sekitar 817 kilometer, mulai dari kawasan hutan di dekat Laos hingga wilayah pesisir. Kementerian Pertahanan Kamboja menuduh Thailand melakukan agresi bersenjata terbaru dan menyatakan akan mempertahankan wilayahnya dengan segala cara.
Di sisi lain, Thailand menuduh Kamboja menembakkan roket ke wilayah sipil serta memasang ranjau darat baru yang dinilai melanggar hukum humaniter internasional. Militer Thailand juga menyebut Kamboja menggunakan pesawat nirawak dalam serangan, sementara serangan udara Thailand dilaporkan menyasar posisi militer Kamboja.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim berharap pertemuan ini dapat membuka jalan menuju solusi yang berkelanjutan. Melalui unggahan di platform X, Anwar menekankan pentingnya bagi kedua negara untuk menjunjung semangat dialog, kebijaksanaan, dan saling menghormati. Ia juga menyebut tim ASEAN akan memaparkan temuan lapangan sebagai bagian dari proses mediasi. (Zia)

















