TASIKMALAYA | Priangan.com – Aksi berandalan bermotor di Kota Tasikmalaya seolah jadi permasalahan pelik yang sulit diatasi. Aparat kepolisian, yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam menjaga keamanan, hingga kini masih belum bisa memberikan solusi konkret atas permasalahan ini.
Walhasil, masyarakat pun jadi korban. Mereka harus hidup dengan dihantui rasa takut akan aksi kriminalitas geng motor yang bisa terjadi kapan saja dan kepada siapa saja. Tak hanya itu, maraknya aksi geng motor juga seyogyanya merusak citra Tasikmalaya sebagai Kota Santri.
Tercatat, sepanjang tahun 2024 kemarin, ada banyak kasus kekerasan yang dilakukan oleh geng motor. Selain melakukan penganiayaan, para berandalan itu juga tak jarang berani melakukan pengrusakan terhadap fasilitas milik warga.
Pada 22 September 2024, misalnya, para berandal bermotor tersebut melakukan pengrusakan terhadap rumah milik Erwin Effendi (40), salah seorang warga di Kampung Bojong, Kelurahan Cipari, Kecamatan Mangkubumi.
Berdasarkan pengakuan Reza (22), yang merupakan anggota keluarga, menyebutkan, kejadian itu bermula ada sekitar delapan motor yang berhenti di depan rumahnya. Tak lama kemudian, mereka merusak bagian kaca rumah dengan cara dilempar botol minuman keras. Akibat kejadian ini, Erwin terluka lantaran terkeca pecahan kaca.
Lalu pada Minggu, 17 November 2024, aksi kekerasan yang diduga dilakukan oleh berandalan bermotor juga terjadi di Jalan SL Tobing, Kota Tasikmalaya. MT (27) jadi korban setelah dibacok oleh sekelompok orang tak dikenal. Akibatnya, ia mengalami luka serius di bagian tangan dan punggung.
Di awal tahun 2025, mereka sudah tercatat bikin ulah lagi. Seorang pelajar kelas 2 SMK jadi korbannya. Adalah Yoga, warga kampung Nender, Desa Sukaraharja, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya. Ia harus meregang nyawa setelah jadi sasaran aksi kekerasan saat melintas di Jalan Wasita Kusuma, Indihiang, pada Minggu, 12 Januari 2025, sekitar pukul 03.30 WIB.
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, kejadian itu bermula saat Yoga, bersama dua temannya, Nandi dan Ferdi, tengah dalam perjalanan pulang ke rumahnya. Namun, saat memasuki Jalan Wasita Kusuma, mereka dihampiri oleh sekelompok pengendara lainnya.
“Pengendara itu kemudian bertanya, kamu geng motor bukan? Saya bilang bukan. Lalu saya dipukul pakai helm dan botol minuman keras. Saya kena di kepala sama punggung,” tutur Ferdi, mengenang kejadian tragis tersebut.
Ferdi mengaku, pada saat kejadian, ia berboncengan dengan Yoga. Kala itu, Yoga memegang kemudi. Setelah terkena pukulan, motor yang mereka kendarai pun mulai kehilangan kendali dan terjatuh hingga menabrak pembatas jalan.
“Saat saya bangun, saya melihat Yoga terkapar di aspal. Terus ia dibawa ke Rumah Sakit Hermina, tapi setelah beberapa saat dberikan perawatan medis, ternyata Yoga sudah tidak ada. Meninggal,” paparnya.
Hingga saat ini, kasus kekerasan yang berujung pada kematian ini masih didalami oleh aparat kepolisian dan diselidiki lebih lanjut. (nvi)