WASHINGTON | Priangan.com — Pemerintah Amerika Serikat mendesak agar proses negosiasi antara Rusia dan Ukraina yang tengah berlangsung di Istanbul menghasilkan kesepakatan konkret, tanpa berlarut-larut dalam proses tanpa kejelasan. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, pada 18 Mei 2025.
Rubio menegaskan bahwa waktu sangat berharga dan dunia tidak bisa menunggu tanpa hasil yang jelas. “Kita tidak punya waktu untuk disia-siakan. Ada banyak isu global lain yang membutuhkan perhatian,” ujar Rubio dalam wawancara dengan CBS News.
Pertemuan yang digelar di Istanbul pada Jumat lalu menandai pertemuan tatap muka pertama antara kedua pihak dalam tiga tahun terakhir. Dalam perundingan tersebut, Rusia dan Ukraina menyepakati rencana pertukaran tahanan sebanyak 1.000 orang dari masing-masing pihak. Mereka juga sepakat untuk melanjutkan pembicaraan setelah proposal gencatan senjata selesai disusun.
Rubio menyambut baik perkembangan ini namun menyatakan akan menelaah proposal gencatan senjata secara seksama. Ia menyebut, “Jika proposal-proposal itu mengandung ide-ide yang realistis dan dapat diimplementasikan, maka kita telah bergerak ke arah yang benar.”
Meski demikian, Rubio mengingatkan bahwa keseriusan Rusia akan menjadi penentu kelanjutan dukungan dari negara-negara Barat. Ia menegaskan bahwa sanksi yang lebih berat bisa diberlakukan bila Moskow tidak menunjukkan itikad baik dalam mencapai solusi damai.
Perundingan ini merupakan bagian dari upaya lanjutan dalam mengakhiri konflik berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina. Sebelumnya, Rusia menolak tawaran gencatan senjata selama 30 hari dan mengusulkan mekanisme penghentian konflik yang lebih permanen dan menyeluruh.
Negosiasi di Istanbul kini menjadi harapan baru dalam mencairkan ketegangan dua negara bertetangga tersebut. Komunitas internasional, termasuk Amerika Serikat, berharap perundingan ini bukan hanya simbolis, tetapi benar-benar mengarah pada akhir konflik yang telah menelan banyak korban. (zia)