Aksi Heroik ‘Silent Salute’: Ketika Franz Stigler Membiarkan Musuhnya Hidup

JAKARTA | Priangan.com – Perang Dunia II memang menyisakan banyak catatan kelam. Namun, di balik deretan pertempuran dan serangan udara yang menelan begitu banyak korban, ada satu kisah yang menarik karena keberanian moral yang jarang ditemui di tengah kekacauan perang.

Peristiwa itu terjadi pada 20 Desember 1943 di langit Jerman, saat seorang pilot tempur Luftwaffe bernama Franz Stigler berhadapan langsung dengan pesawat pembom Amerika B-17 yang dipiloti Charlie Brown, yang kebetulan saat itu dalam kondisi hampir hancur.

Kisah bermula ketika Brown dan krunya dari 379th Bomb Group terbang menuju Bremen dalam misi pengeboman. Serangan balasan dari artileri anti-pesawat membuat B-17 yang mereka tumpangi mengalami kerusakan berat.

Salah satu mesin mati, hidung pesawat berlubang, kaca kokpit pecah, dan beberapa awak terluka. Meski begitu, mereka tetap berusaha kembali menuju Inggris walau dengan pesawat yang hampir tidak lagi bisa terbang normal.

Saat itulah Stigler diterjunkan untuk melakukan patroli udara. Ia menemukan B-17 yang terbang rendah, pincang, dan jelas tidak mampu bertahan jika diserang. Menurut prosedur, ia seharusnya menembak jatuh pesawat musuh itu tanpa ragu.

Namun, setelah melihat kondisi para awak Amerika yang terluka dan menyadari bahwa mereka sama sekali tidak bisa bertarung, ia mengurungkan niatnya. Stigler bahkan teringat pesan komandannya bahwa seorang pilot bukan pembunuh, terlebih ketika lawan sudah tidak mampu melawan.

Dalam jarak yang cukup dekat, Stigler terbang berdampingan dengan B-17 itu dan memberi isyarat agar Brown mengarah ke perairan netral.

Brown yang kebingungan sempat curiga, namun akhirnya memahami niat Stigler setelah tidak satu pun tembakan dilepaskan. Mereka lantas terbang berdampingan hingga mendekati garis pantai, sebelum Stigler mengangkat tangan sebagai salam perpisahan dan kembali ke pangkalannya tanpa melapor bahwa ia membiarkan musuh lolos.

Lihat Juga :  Jejak Panjang Kopi: Dari Ethiopia hingga Harum di Tanah Nusantara

Bertahun-tahun setelah perang usai, Brown berusaha mencari pilot Jerman yang telah menyelamatkan dirinya dan krunya itu. Upaya pencarian berlangsung lama hingga akhirnya pada 1990, Stigler membaca sebuah artikel yang ditulis Brown mengenai peristiwa itu. Keduanya kemudian bertemu dan menjalin hubungan baik hingga akhir hayat, bahkan menyebut diri mereka seperti saudara.

Lihat Juga :  Kisah Tragis Ronggolawe, Kesatria yang Mati Sebagai Pengkhianat

Kini, kisah pertemuan singkat di udara itu menjadi salah satu catatan kemanusiaan yang paling dikenal dari Perang Dunia II. (wrd)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos