MOSKOW | Priangan.com – Tepat pada tanggal 30 Desember 1916, Grigori Yefimovich Rasputin ditemukan tewas dengan kondisi menggenaskan di Sungai Saint Petersburg. Rasputin, sapaan akrabnya, adalah sosok yang dikenal sebagai penasihat Tsar terakhir Rusia, Nicholas II.
Lahir pada tahun 1869 di desa kecil Pokrovskoe, Siberia, Rasputin merupakan anak dari keluarga petani yang sederhana. Di usia muda, ia menikah, namun kemudian memilih meninggalkan keluarganya untuk menempuh perjalanan spiritual. Berbekal keyakinan yang kuat, ia berziarah ke berbagai situs suci, termasuk biara di Gunung Athos, Yunani, dan Yerusalem. Selama perjalanan ini, ia mengandalkan kemurahan hati orang-orang yang percaya akan kemampuannya sebagai penyembuh dan peramal masa depan.
Kehadirannya di Saint Petersburg pada tahun 1903 menarik perhatian sejumlah tokoh Gereja Ortodoks, termasuk Hermogen dan Theofan, yang mengira Rasputin sebagai sosok mistis. Atas pengaruh Theofan itu, Rasputin kemudian diperkenalkan pada Putri Milica dari Montenegro, seorang bangsawan yang berpengaruh dalam lingkaran kerajaan. Tak lama kemudian, ia berhasil memasuki lingkaran istana, termasuk berkenalan dengan Tsar Nicholas II pada tahun 1905.
Hubungan mereka semakin dekat pasca Rasputin berhasil menyembuhkan pendarahan putra mahkota dewa Alexei yang menderita hemofilia. Sejak saat itu, Rasputin kemudian diangkat sebagai penasehat Tsar Nicholas II beserta permaisurinya, Alexandra Feodorovna.
Pengaruh Rasputin semakin besar ketika Tsar Nicholas memutuskan untuk memimpin pasukan di medan Perang Dunia I. Pada saat itu, Tsar Nicholas memutuskan untuk menyerahkan urusan dalam negeri kepada Ratu Alexandra.
Dalam peran barunya sebagai penasihat pribadi ratu, Rasputin mulai memeengaruhi berbagai keputusan penting, termasuk menunjuk para menteri dan tokoh gereja. Kedekatan antara Rasputin dan Ratu Alexandra menimbulkan berbagai spekulasi dan rumor yang menyudutkan keduanya, mulai tuduhan perselingkuhan hingga pengkhianatan terhadap Rusia demi kepentingan Jerman.
Tekanan dari kalangan bangsawan pun semakin besar. Berbagai isu miring tersebut berbuntut pada rencana pembunuhan Rasputin. Pada saat itu, Pangeran Felix Yussupov, bersama Vladimir Mitrofanovich Purishkevich dan Grand Duke Dmitri Pavlovich, sepupu Tsar, bersekongkol untuk membunuh Rasputin demi menjaga kehormatan dan stabilitas kekaisaran.
Yussupov kemudian sengaja mengundang Rasputin ke kediamannya dengan alasan pertemuan pribadi. Dalam kesempatan tersebut, Yussupov menyajikan berbagai makanan dan minuman yang sudah diracuni. Ironisnya, rencana itu gagal. Meski makanan dan minuman beracun itu telah dimakan, namun Rasputin seolah tampak tidak berpengaruh.
Merasa putus asa, Yussupov pun menembak Rasputin beberapa kali. Lagi-lagi upayanya gagal. Pria bertubuh jangkung itu masih tetap hidup. Walhasil, Yussupov pun memerintahkan pasukannya untuk membawa Rasputin ke sungai Neva. Ia kemudian dilemparkan ke dalam sungai besar itu.
Dalam percobaan pembunuhan kali inilah Rasputin meregang nyawa. Paru-parunya tak kuat menahan air yang masuk ke dalam tubuhnya. Jasadnya baru ditemukan beberapa hari kemudian di dekat Jembatan Bolshoy Petrovsky. Tewasnya Rasputin ini, menandai awal jatuhnya Rusia. (ersuwa)