26 Maret 1873: Ketika Rakyat Aceh Bersatu Melawan Belanda

ACEH | Priangan.com – Ada banyak peristiwa heroik yang terjadi selama Indonesia berada di bawah cengkraman para penjajah. Satu yang paling monumental adalah pengorbanan rakyat Aceh untuk melawan bangsa kolonial. Itu terjadi pada 26 Maret 1873. Pada saat itu, Belanda yang melancarkan serangan ke Kesultanan Aceh dengan dalih menjaga kemanan jalur perdagangan di Selat Malaka, padahal hendak mengambil potensi rempah, dilawan oleh masyarakat Aceh. Peristiwa itu dikenal dengan sebutan Perang Aceh.

Sejak awal, Belanda sama sekali tidak menyangka kalau Aceh punya kekuatan besar untuk melawan. Pada serangan permulaan saja, Belanda konon harus kehilangan banyak prajuritnya, termasuk panglima mereka, Mayor Jenderal Kohler, yang tewas di medan perang.

Kekalahan inilah yang membuat Belanda sadat kalau peperangan di Aceh tidak akan berjalan dalam waktu sebentar. Maka dari itu, pada serangan kedua, mereka mengubah strategi peperangan dengan menambah jumlah pasukan dan menggunakan taktik bumi hangus demi melemahkan perlawanan rakyat.

Walau demikian, masyarakat Aceh tak gentar. Alih-alih menyerah, mereka terus melakukan perlawanan meski persenjataan yang mereka miliki kalah jauh dari Belanda. Maka dari peperangan itu, muncul tokoh-tokoh dari Aceh yang sampai saat ini dikenang sebagai pahlawan, seperti Teuku Umar, Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, dan Teungku Chik di Tiro.

Teuku Umar, dalam perlawanan Aceh, dikenal sebagai pejuang yang mahir menggunakan taktik licik namun jitu. Dikisahkan, pada waktu itu ia pernah berpura-pura bergabung dengan Belanda untuk mengecoh mereka, lalu berbalik menyerang dengan memanfaatkan senjata dan logistik yang berhasil ia kuasai dari tangan Belanda.

Tokoh lainnya, Cut Nyak Dhien dan Cut Meutia, dikenal sebagai dua perempuan yang gagah berani dan tak gentar dalam melakukan perlawanan terhadap kompeni. Mereka bahkan bersedia mengorbankan nyawa sebagai taruhan demi menjaga tanah kelahirannya dari cengkeraman Belanda.

Lihat Juga :  Sosok Dewi Sartika, Pionir Pendidikan Perempuan Pribumi di Hindia Belanda

Sementara Teungku Chik di Tiro, dikenal sebagai tokoh ulama kharismatik yang berhasil menggerakan masyarakat untuk merapatkan barisan melawan Belanda. Dengan semangat jihad, ia berhasil menyatukan masyarakat yang semula berbeda pendapat untuk melawan di bawah panji agama dan kemerdekaan sampai titik darah penghabisan.

Pada saat itu, Belanda tidak hanya mengandalkan kekuatan senjata, mereka juga memanfaatkan taktik politik adu domba serta pembangunan benteng untuk menekan Aceh. Mereka menargetkan ulama dan elite lokal demi melemahkan basis perlawanan. Meski demikian, perlawanan rakyat Aceh tidak pernah benar-benar padam. Bahkan hingga awal abad ke-20, gerilya sporadis masih terus berlangsung, membuat kekuasaan Belanda di Aceh lebih bersifat administratif ketimbang benar-benar mengakar.

Perang Aceh meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah bangsa. Ribuan nyawa terenggut dari kedua belah pihak kala itu, namun semangat perjuangan rakyat Aceh menjadi teladan bagi lahirnya nasionalisme di Indonesia. Dari tanah Rencong tersebut, rakyat Aceh membuktikan kalau penjajahan bisa ditentang lewat keberanian, kecerdikan, serta kekompakan. (wrd)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos