TASIKMALAYA | Priangan.com – Kericuhan yang melanda Gedung DPRD Kota Tasikmalaya pada Jumat (29/8/2025) sore dipicu absennya para wakil rakyat menemui massa aksi. Ratusan pengunjuk rasa dari kelompok Rakyat Ingin Revolusi awalnya datang dengan membawa tuntutan, namun kekecewaan memuncak saat tak satu pun anggota dewan hadir.
Pantauan di lapangan, suasana berubah drastis setelah kabar ketidakhadiran anggota dewan menyebar di tengah massa. Teriakan protes berubah menjadi amarah, pagar gedung didobrak, kaca pecah berhamburan, hingga ruang rapat paripurna porak-poranda. Coretan cat semprot memenuhi dinding, sementara taman dan pot bunga di halaman ikut hancur.
Koordinator aksi, Muhammad Kahar Dwitama, menegaskan bahwa absennya dewan adalah pemicu utama ledakan emosi massa.
“Ketidakhadiran anggota dewan adalah bentuk lari dari rakyat. Mereka takut berhadapan langsung. Sama seperti di DPR RI yang malah disuruh WFH saat ada massa. Itu jelas memancing kemarahan,” ujarnya.
Selain menuntut kehadiran dewan, massa juga menyuarakan dua isu besar: keadilan bagi pengemudi ojek online yang tewas terlindas rantis Brimob di Jakarta, dan penolakan rencana kenaikan gaji DPR RI yang dianggap tidak masuk akal.
“Kami hanya melanjutkan perjuangan korban yang gugur di Jakarta. Dia menolak isu gaji DPR yang kabarnya bisa Rp3 juta per hari. Rakyat sengsara, tapi wakilnya hidup mewah,” tegas Kahar.
Hingga malam, tidak ada penjelasan resmi dari pihak DPRD soal ketidakhadiran mereka. Gedung wakil rakyat yang seharusnya menjadi ruang dialog justru menjadi simbol kemarahan publik, setelah rasa kecewa dibiarkan berujung pada kerusuhan. (yna)