TASIKMALAYA | Priangan.com – Sebuah video dari SMPN 1 Sukarame, Kabupaten Tasikmalaya, mendadak viral di media sosial pada Kamis (25/9/2025). Dalam rekaman berdurasi singkat itu, seorang guru tampak sibuk membersihkan baki makan siswa yang masih menyisakan makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Aksi sederhana itu justru memicu gelombang perdebatan publik. Ada yang mengapresiasi kepedulian sang guru terhadap kebersihan sekolah, tetapi tak sedikit yang menyoroti mengapa makanan dari program MBG banyak terbuang.
“Seharusnya jangan dibersihkan, biar tim dapur tahu kalau makanannya tidak dimakan,” tulis akun Ayu Rahayu.
“Kalau makanan utuh kembali ke dapur, bisa jadi bahan evaluasi. Jangan langsung dibersihkan,” tambah B_Permana.
“Stop MBG, ganti dengan sembako murah. Lebih tepat sasaran,” sindir akun Metwo.
Namun, ada pula warganet yang memilih memberi dukungan moral bagi sang guru. “Salut buat gurunya. Semoga anak-anak bisa lebih menghargai makanan,” komentar seorang pengguna. Ada juga yang menyesalkan sikap siswa. “Miris lihat makanan terbuang. Padahal banyak orang di luar sana yang susah makan.”
Menanggapi video yang telanjur viral, pihak sekolah langsung memberikan klarifikasi. Humas SMPN 1 Sukarame, Nurlina, menegaskan bahwa makanan yang terlihat di video bukanlah makanan basi, melainkan sisa nasi goreng, ayam, acar, dan semangka yang tidak dihabiskan siswa pada Senin (22/9/2025).
“Itu memang dikumpulkan, tapi bukan dibuang begitu saja. Sisa makanan kami manfaatkan untuk pakan ternak, sementara limbah organik seperti sayur dan buah diproses menjadi pupuk,” jelas Nurlina.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Budi Asep Dodi, menambahkan bahwa pengelolaan sisa makanan sudah menjadi bagian dari program edukasi lingkungan di sekolah. “Kami ingin memberi contoh kepada siswa bahwa makanan tidak boleh disia-siakan. Kalau ada sisa, harus dimanfaatkan kembali,” ujarnya.
Meski begitu, orang tua siswa ikut bersuara lantang. Mereka menilai peran guru seharusnya tidak terbebani urusan teknis program MBG. “Guru itu tugasnya mengajar, bukan membersihkan makanan sisa. Itu tidak pantas,” kata Ridwan, salah satu orang tua siswa.
Menurutnya, program MBG memang punya tujuan mulia, tetapi pelaksanaannya masih jauh dari ideal. “Kalau anak-anak tidak makan sampai habis, berarti ada yang salah dari kualitas atau menu makanannya. Itu yang harus dievaluasi, bukan malah guru yang jadi korban,” tegasnya.
Kasus ini kembali menyoroti rapuhnya pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis yang dicanangkan pemerintah. Alih-alih menciptakan gizi seimbang dan suasana belajar nyaman, program ini justru menghadirkan tumpukan sisa makanan dan perdebatan soal efektivitas. Publik kini menunggu langkah nyata pemerintah untuk mengevaluasi agar niat baik program ini tidak berubah menjadi beban bagi sekolah dan tenaga pendidik. (yna)

















