BRUSSELS | Priangan.com – Uni Eropa (UE) mengumumkan pada hari Senin (22/7) bahwa mereka akan memulai dialog mengenai liberalisasi visa dengan Armenia, sebuah langkah yang dianggap sebagai “tonggak sejarah” oleh Menteri Luar Negeri Armenia, Ararat Mirzoyan.
Keputusan ini menandai sebuah perkembangan penting dalam hubungan Armenia dengan UE, terutama di tengah hubungan yang memburuk dengan sekutu tradisionalnya, Rusia.
Dewan Uni Eropa mengungkapkan di situs web resminya bahwa blok tersebut telah menyetujui pembicaraan dengan Yerevan mengenai kebijakan visa. Selain itu, UE juga akan memberikan bantuan sebesar 10 juta euro (sekitar $10,89 juta) kepada militer Armenia. Bantuan ini bertujuan untuk mendukung Armenia dalam menghadapi tantangan keamanan regional, terutama di tengah ketegangan dengan Azerbaijan.
Dalam pernyataannya, Mirzoyan menyebutkan, “Ini adalah tonggak yang sangat penting dalam pendalaman kemitraan antara Armenia dan UE, berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip bersama.” Ia juga menekankan bahwa langkah ini menunjukkan komitmen UE terhadap Armenia dalam periode ketidakpastian geopolitik yang meningkat.
Liberalisasi visa ini, jika diterapkan, akan memungkinkan warga Armenia melakukan perjalanan singkat ke negara-negara di Zona Schengen tanpa memerlukan visa. Zona Schengen adalah area di mana perbatasan internal antara negara-negara anggotanya dihapuskan. Armenia akan bergabung dengan negara-negara bekas Uni Soviet lainnya yang telah mendapatkan fasilitas serupa, seperti Moldova, Ukraina, dan tetangganya, Georgia.
Namun, Dewan Uni Eropa juga menekankan bahwa rezim bebas visa akan mulai berlaku hanya setelah Armenia memenuhi sejumlah “tolak ukur” tertentu. Media Armenia melaporkan bahwa proses ini bisa memakan waktu beberapa tahun sebelum dapat sepenuhnya diterapkan.
Langkah ini mencerminkan perubahan strategis dalam kebijakan luar negeri Armenia, yang dalam beberapa bulan terakhir telah mempercepat upaya untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan negara-negara Barat. Hal ini terjadi di tengah ketegangan yang meningkat dengan Rusia, sekutu perjanjian yang dikritik oleh pejabat Armenia karena dianggap gagal memberikan perlindungan memadai terhadap ancaman dari Azerbaijan.
Dengan keputusan ini, Uni Eropa menunjukkan dukungan yang lebih besar terhadap Armenia di saat negara itu mencari alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada Rusia dan memperkuat posisinya di panggung internasional.