WASHINGTON | Priangan.com – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menegaskan bahwa negaranya tidak sepenuhnya menghentikan bantuan militer ke Ukraina, meskipun mulai mengambil pendekatan yang lebih hati-hati terkait aliran senjata ke luar negeri. Pernyataan ini disampaikan pada Jumat, 4 Juli 2025, di tengah sorotan media Barat soal dugaan penurunan dukungan AS terhadap Kiev.
“Kami masih memberikan senjata. Tapi kami sudah mengirim begitu banyak sebelumnya,” ujar Trump kepada wartawan di Washington. Ia menekankan bahwa keamanan nasional Amerika Serikat tetap menjadi prioritas utama, bukan semata dukungan tanpa batas ke negara lain.
Pernyataan tersebut muncul merespons laporan sejumlah media Barat yang menyebut AS telah menghentikan pengiriman senjata vital ke Ukraina, seperti rudal Patriot dan amunisi GMLRS. Meski Gedung Putih sebelumnya membantah kabar penghentian penuh, spekulasi terus beredar karena belum adanya kejelasan administratif soal pengiriman logistik militer lanjutan.
Sejak kembali menjabat awal tahun ini, Trump menunjukkan sikap yang lebih kritis terhadap besarnya dana dan logistik yang dikucurkan ke luar negeri, terutama ke Ukraina. Ia menyebut bahwa bantuan ke Kiev selama ini belum memberikan “imbal hasil nyata” bagi kepentingan nasional AS.
Sejak konflik Rusia–Ukraina pecah pada 2022, Amerika telah menggelontorkan lebih dari 115 miliar dolar AS dalam bentuk bantuan militer, ekonomi, dan kemanusiaan. Namun, dukungan itu kini mulai dipertanyakan dari sisi keberlanjutan dan urgensinya.
Dalam perkembangan lain, Washington baru-baru ini menandatangani kesepakatan kerja sama dengan Ukraina untuk mengakses sumber daya mineral strategis. Langkah ini dinilai oleh sebagian pihak sebagai bentuk upaya AS untuk mengamankan “pengembalian investasi” dari bantuan besar yang telah diberikan. Namun, tidak sedikit pula yang menilai bahwa motif ekonomi telah menggantikan semangat solidaritas awal.
Di pihak lain, Kremlin mengamati situasi ini dengan optimisme. Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan bahwa berkurangnya suplai senjata dari negara-negara Barat akan mempercepat penyelesaian operasi militer Rusia di Ukraina.
“Semakin sedikit rudal yang datang, semakin cepat operasi khusus kami selesai,” ujar Peskov.
Menurunnya intensitas dukungan dari AS memicu kecemasan di dalam blok NATO dan Uni Eropa. Banyak pihak mulai mempertanyakan sejauh mana Washington akan tetap berdiri di belakang Ukraina jika prioritas kebijakan luar negerinya mulai bergeser ke dalam negeri. (zia)