JAKARTA | Priangan.com – Presiden Pertama Indonesia, Ir Soekarno, dikenal sebagai presiden yang memiliki banyak istri. Sedikitnya ia memiliki sembilan perempuan yang pernah mendampingi hidupnya, baik secara resmi maupun tidak. Satu di antaranya adalah Sakiko Kanase, perempuan asal Jepang yang kisah hidupnya berakhir tragis dan jarang tercatat dalam sejarah resmi negeri ini.
Tak seperti istri-istri lainnya, nasib Sakiko sebagai istri Soekarno berujung tragis. Ia meninggal dunia dengan cara bunuh diri pada akhir September 1959 di rumahnya di kawasan Menteng, Jakarta. Kisahnya singkat, hanya berlangsung sekitar setahun sejak pertama kali diperkenalkan kepada sang presiden di Jepang, namun meninggalkan jejak yang menarik dalam hubungan kedua negara.
Sakiko Kanase lahir di Jepang sekitar tahun 1935. Ia dikenal sebagai seorang model dan hostes di Kyoto pada akhir 1950-an. Pertemuannya dengan Soekarno terjadi pada 1958 ketika sang presiden melakukan kunjungan kenegaraan ke Jepang.
Dalam kunjungan itu, sejumlah pengusaha Jepang yang berperan sebagai penghubung ekonomi antara kedua negara memperkenalkannya kepada Soekarno. Salah satu nama yang disebut dalam berbagai catatan adalah Kinoshita, seorang pengusaha yang sering membantu urusan pribadi dan bisnis presiden Indonesia di Jepang. Dari perkenalan tersebut, hubungan pribadi antara Soekarno dan Sakiko pun terjalin, lalu berlanjut ke jenjang pernikahan.
Sakiko kemudian dibawa ke Jakarta dan tinggal di lingkungan istana. Ia disebut sempat memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Saliku Maisaroh. Dalam keseharian, para pengawal istana memanggilnya dengan sebutan Bu Basuki. Namun, kehidupan rumah tangganya tidak bertahan lama. Beberapa sumber menyebutkan bahwa Sakiko merasa tersisih setelah Soekarno mulai dekat dengan perempuan Jepang lain, Naoko Nemoto, yang kemudian dikenal dengan nama Ratna Sari Dewi dan menjadi istri Soekarno berikutnya. Rasa cemburu dan tekanan batin yang ia alami disebut-sebut menjadi salah satu alasan di balik tindakannya mengakhiri hidup.
Pada 30 September atau 3 Oktober 1959, Sakiko ditemukan meninggal dunia di rumahnya di Menteng. Polisi menyimpulkan penyebab kematian sebagai bunuh diri. Sejumlah media saat itu menulis bahwa ia melakukan tindakan harakiri, istilah yang sering digunakan dalam budaya Jepang untuk menggambarkan bunuh diri dengan cara tradisional, meski tidak ada bukti resmi yang menunjukkan metode tersebut.
Jenazahnya kemudian sempat dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Blok P, Jakarta Selatan. Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada 1977, jenazah Sakiko dipindahkan ke Jepang atas permintaan keluarganya melalui bantuan konsulat Jepang di Jakarta.
Kematian Sakiko Kanase menjadi peristiwa yang cukup banyak dibicarakan oleh media Jepang pada masa itu, namun di Indonesia kisahnya perlahan tenggelam. Dalam berbagai biografi Soekarno, namanya pun jarang disebut, mungkin karena perannya yang singkat dan akhir hidupnya yang tragis. (wrd)