SUKOHARJO | Priangan.com – Suasana duka menyelimuti Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki, Sukoharjo, ketika kabar musibah dari lereng Gunung Lawu sampai ke telinga keluarga santri.
Peristiwa itu terjadi pada Desember 1987, saat rombongan santri dan ustaz tengah mengisi liburan dengan kegiatan perkemahan di kawasan Mojosemi, Magetan. Dari lokasi perkemahan, sebagian kelompok memutuskan melakukan perjalanan menuju jalur pendakian Singolangu.
Meski sudah diingatkan untuk kembali sebelum sore hari, dua kelompok tak kunjung turun. Hujan deras disertai suhu dingin membuat perjalanan mereka berubah menjadi malapetaka.
Lantaran tanpa perlengkapan yang memadai, banyak peserta jatuh sakit. Tak sedikit santri yang menggigil, beberapa di antaranya bahkan tak lagi mampu berjalan. Upaya bertahan di tengah hutan dengan kondisi minim makanan membuat keadaan semakin genting.
Ketika pencarian dilakukan oleh tim gabungan, sejumlah santri ditemukan dalam keadaan lemah, sementara lainnya sudah tak bernyawa. Dalam tragedi itu tercatat lima belas santri dan seorang ustaz kehilangan nyawa.
Beberapa korban kemudina dipulangkan ke keluarga masing-masing, sementara sebagian lagi dimakamkan di sekitar pondok. Kejadian ini tentu menyisakan kesedihan mendalam bagi guru, sahabat, dan orang tua.
Musibah di Gunung Lawu ini menjadi salah satu catatan kelam perjalanan Pondok Ngruki. Hingga kini, peristiwa itu dikenang sebagai tragedi yang meninggalkan luka sekaligus pelajaran berharga. (wrd)