Sultan Agung Mataram sangat berambisi menguasai seluruh tanah Jawa dan daerah lainnya. Pada tahun 1628, kekuasaan Mataram sudah meliputi seluruh Pulau Jawa, kecuali Banten. Sultan Agung berniat menaklukan Banten. Beliau menyuruh Ki Tumenggung Bauraksa dan Ki Dipati Ukur untuk menyerbu Batavia. Penyerangan dilakukan dari darat yang dikomandani Dipati Ukur dan laut dipimpin Tumenggung Bahurekso.
Pasukan Dipati Ukur berangkat lebih dahulu dan bermukim di Karawang. Namun, selama hampir seminggu, pasukan laut Bahurekso belum juga tiba. Dipati Ukur memutuskan untuk melakukan penyerangan lebih awal ke Batavia.
Dari 11 umbul yang bergabung dalam pasukan, empat orang umbul yaitu Ki Ngabehi Wirawangsa dari Sukakerta; Ki Ngabehi Samahita dari Sindangkasih; Ki Ngabehi Astamanggala dari Cihaurbeuti; dan Uyang Sarana dari Indihiang tidak menyetujui keputusan Dipati Ukur. Mereka memutuskan untuk manarik pasukan dan kembali ke daerahnya.
Penyerangan ke Batavia dilakukan tanpa keterlibatan empat umbul. Ternyata, Pasukan Banten dan VOC di Batavia lebih kuat. Pasukan darat Dipati Ukur menderita kekalahan. Berita kegagalan itu membuat Sultan Agung marah, dan memerintahkan Bahurekso menyerang pasukan Dipati Ukur.