JAKARTA | Priangan.com – Hingga sekitar satu abad yang lalu, anak-anak di dunia Barat berpakaian serupa, tanpa membedakan jenis kelamin. Semua anak mengenakan rok atau gaun panjang. Mereka juga memakai sepatu dan rambut panjang yang sering diikat ekor kuda.
Celana panjang atau celana pendek baru dikenakan saat anak laki-laki berusia sekitar empat hingga enam tahun. Pergantian ini bukan sekadar perubahan pakaian, tetapi juga momen penting dalam kehidupan mereka. Peristiwa ini dirayakan dalam tradisi yang disebut “breeching.”
Tradisi ini dimulai di Inggris pada abad ke-16. Alasannya adalah kepraktisan. Anak kecil belum memiliki pelatihan buang air, sehingga mengenakan rok atau gaun panjang memudahkan pengasuh mengganti popok. Celana panjang memiliki kancing yang rumit, sementara ritsleting dan velcro belum ditemukan.
Sebelum Revolusi Industri, pakaian merupakan barang mahal. Gaun atau tunik memberikan fleksibilitas lebih bagi pertumbuhan anak yang cepat. Tradisi ini diterapkan oleh semua kelas sosial, baik bangsawan maupun kelas pekerja.
Masa transisi ke celana panjang biasanya terjadi pada usia empat hingga enam tahun. Momen ini dirayakan dengan acara kecil yang mengundang keluarga dan teman. Anak laki-laki sering menerima hadiah. Bagi keluarga mampu, mereka diberikan pedang mainan kecil sebagai simbol kesiapan menjadi dewasa.
Pergantian pakaian ini menandai perubahan status. Anak-anak bangsawan biasanya dikirim ke sekolah asrama. Sementara itu, bagi kelas pekerja, peristiwa ini bisa menandakan awal kehidupan kerja atau magang.
Seiring berjalannya waktu, tradisi “breeching” mulai ditinggalkan. Pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, norma berpakaian mulai membedakan anak laki-laki dan perempuan sejak dini. Celana pendek menjadi pakaian umum bagi anak laki-laki, sementara gaun tetap dikenakan anak perempuan.
Inovasi seperti ritsleting dan karet elastis membuat celana lebih praktis bagi anak kecil. Saat ini, “breeching” hanya dikenang sebagai bagian dari sejarah mode dan budaya. Perubahan ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai sosial dan norma berpakaian berkembang seiring waktu.
Tradisi “breeching” mencerminkan bagaimana pakaian memiliki makna simbolis dalam budaya. Perubahan dari gaun ke celana panjang bukan hanya pergantian pakaian, tetapi juga tanda kedewasaan. Meskipun tidak lagi dipraktikkan, sejarahnya memberikan wawasan tentang bagaimana identitas gender dan transisi kehidupan dibentuk sejak usia dini. (LSA)