JAKARTA | Priangan.com – Telegraf adalah salah satu penemuan paling revolusioner dalam sejarah komunikasi manusia. Di masa ketika berita hanya bisa sampai melalui kurir berkuda atau kapal layar, tiba-tiba muncul sebuah alat yang mampu mengirim pesan dalam hitungan detik, hanya dengan aliran listrik dan seutas kabel. Kata “telegraf” sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti “menulis dari jauh”, sebuah gambaran tepat tentang keajaiban teknologi ini.
Sebelum listrik digunakan, manusia lebih dulu menciptakan sistem telegraf optik. Alat-alat seperti tiang semaphore dengan lengan-lengan yang bisa diatur posisinya digunakan untuk menyampaikan pesan visual dari satu titik ke titik lain yang berjarak, asalkan masih dalam jangkauan mata.
Sistem ini pernah digunakan untuk mengirim kabar tentang Pertempuran Waterloo dari pelabuhan Dover ke London. Namun saat kabut turun dan mengaburkan pandangan, pesan tidak bisa diteruskan dan penduduk London harus menunggu kurir berkuda datang.
Lompatan besar terjadi ketika telegraf listrik mulai dikembangkan. Penemuan ini menjadi hadiah dari Amerika Serikat untuk dunia, dan nama Samuel Finley Breese Morse tercatat sebagai tokoh sentral di baliknya. Meski beberapa ilmuwan lain telah menemukan prinsip-prinsip dasar telegraf, hanya Morse yang berhasil mewujudkannya menjadi alat praktis yang bisa digunakan secara luas.
Samuel Morse, lahir pada 1791 di Massachusetts, awalnya bukanlah seorang ilmuwan, melainkan seniman. Ia menghabiskan masa mudanya sebagai pelukis berbakat, bahkan membiayai kuliahnya dengan melukis miniatur. Setelah menamatkan pendidikan di Yale dan sempat belajar seni di Inggris, ia membuka studio lukis di Boston. Namun ketertarikannya terhadap listrik yang telah tumbuh sejak kuliah tak pernah padam.
Momen krusial terjadi pada tahun 1832, saat Morse berada di atas kapal menuju Amerika dari Eropa. Sebuah diskusi tentang kecepatan listrik memantik pikirannya. Ia mulai membayangkan bagaimana sinyal listrik bisa digunakan untuk mengirim pesan. Gagasan ini terus menghantuinya, bahkan ketika ia harus tetap melukis demi menghidupi ketiga anaknya.
Bersama Leonard Gale, seorang profesor ilmu pengetahuan alam yang membantunya memahami prinsip kelistrikan, dan Alfred Vail, seorang mekanik muda yang turut merancang dan mendanai percobaan, Morse mulai menyempurnakan alat telegraf dan menciptakan sistem kode yang kini dikenal sebagai Kode Morse.
Pada 2 September 1837, mereka melakukan demonstrasi pertama, mengirim pesan melalui kawat tembaga sepanjang 1.700 kaki. Kesuksesan ini membuka jalan untuk eksperimen lebih besar.
Setelah perjuangan panjang dan berkali-kali ditolak, Morse akhirnya mendapatkan dukungan dari Kongres Amerika Serikat pada 1843 untuk membangun jalur telegraf antara Washington dan Baltimore. Dengan bantuan Ezra Cornell, pembangunan pun dimulai. Pada 24 Mei 1844, pesan pertama dikirim dari Mahkamah Agung di Washington ke Baltimore: “What hath God wrought!”, yang artinya “Apa yang telah Tuhan perbuat!”
Setelah itu, telegraf menyebar dengan cepat. Jalur-jalur baru dibangun, kota demi kota terhubung, dan komunikasi menjadi jauh lebih cepat. Bahkan, Pony Express yang sempat menjadi sistem pengiriman tercepat, akhirnya tergantikan oleh kecepatan sinyal listrik.
Samuel Morse hidup cukup lama untuk menyaksikan ciptaannya menjangkau seluruh benua dan bahkan melintasi samudra, ketika kabel transatlantik dipasang. Telegraf menjadi fondasi bagi dunia yang lebih terhubung, membuka jalan bagi revolusi teknologi yang terus berkembang hingga kini. (LSA)