Tentara Coxey, Barisan Penganggur yang Bangkit di Tengah Panic of 1893

WASHINGTON D.C | Priangan.com – Pada suatu masa ketika Amerika tengah berjuang menata dirinya sebagai negara industri modern, krisis besar mengguncang segalanya. Pabrik-pabrik tutup, jalur perdagangan lumpuh, dan ribuan buruh kehilangan mata pencaharian. Tahun 1893 menjadi titik gelap dalam sejarah ekonomi Amerika Serikat, dikenal sebagai ‘Panic of 1893’, ketika pasar keuangan runtuh dan pengangguran meluas tanpa ada perlindungan sosial dari negara.

Di tengah keputusasaan itu, muncul satu gerakan tak lazim yang mengguncang perhatian publik. Ratusan orang tanpa pekerjaan meninggalkan kampung halaman mereka dan berjalan kaki menempuh ratusan kilometer menuju Washington, D.C. Gerakan ini dipimpin oleh seorang pengusaha yang menolak berdiam diri melihat rakyat kelaparan. Gerakan itu dikenal sebagai ‘Coxey’s Army’ atau Tentara Coxey, pawai protes nasional pertama dalam sejarah Amerika yang menuntut tanggung jawab pemerintah terhadap kesejahteraan rakyatnya.

Jacob Sechler Coxey, sang pemimpin pawai, bukanlah tokoh revolusioner atau aktivis radikal. Ia lahir di Pennsylvania pada 1854 dan tumbuh sebagai pekerja keras yang membangun usahanya di bidang besi sebelum akhirnya pindah ke Massillon, Ohio. Di sana, ia menjadi pengusaha tambang yang sukses dan hidup berkecukupan.

Namun ketika krisis 1893 melanda, bisnisnya ikut terpukul. Ia terpaksa memecat puluhan karyawannya dan menyaksikan sendiri bagaimana pengangguran memicu kesengsaraan di banyak keluarga. Dari pengalaman itulah lahir keyakinan bahwa negara tidak bisa hanya diam menunggu ekonomi pulih dengan sendirinya. Menurut Coxey, pemerintah harus turun tangan, membangun proyek-proyek publik yang bisa menciptakan lapangan kerja dan menggerakkan roda ekonomi dari bawah.

Ide itu terdengar aneh di telinga banyak orang pada masa itu. Pemerintah Amerika belum pernah terlibat langsung dalam menciptakan pekerjaan untuk rakyatnya. Namun, Coxey justru memilih jalan berbeda. Ia ingin memperlihatkan bahwa penderitaan rakyat tidak bisa diabaikan, dan satu-satunya cara untuk menarik perhatian Kongres adalah dengan aksi nyata.

Lihat Juga :  Melihat Pulau Buru, Tempat Eksotis yang Pernah Dijadikan Kamp Pengasingan Tahanan Politik

Bersama sekelompok penganggur, ia merencanakan sebuah pawai besar menuju ibu kota. Gerakan itu dinamainya ‘Commonweal of Christ’ atau Tentara Persemakmuran Kristus yang berangkat dari Massillon pada Hari Paskah, 25 Maret 1894.

Ratusan orang ikut bergabung dalam barisan itu, berjalan kaki mengikuti rute jalan raya nasional tua menuju Washington. Mereka menempuh sekitar lima belas mil setiap hari, berkemah di pinggir kota, dan menerima bantuan makanan dari penduduk lokal yang bersimpati. Semangat mereka menarik perhatian media nasional. Reporter dari berbagai surat kabar mengikuti perjalanan tersebut, mengirimkan kabar harian lewat telegraf. Kisah mereka tersebar ke seluruh negeri dan menimbulkan perdebatan, ada yang menganggap mereka sebagai pahlawan rakyat, ada pula yang menyebut mereka gelandangan dan pengacau.

Lihat Juga :  Sejarah Payung; Dulu Benda Ini Digunakan untuk Tunjukan Status Sosial Seseorang

Lima minggu kemudian, hanya sekitar empat ratus orang yang berhasil mencapai Washington, D.C., pada 1 Mei 1894. Ribuan warga berkumpul di sekitar Gedung Capitol untuk menyambut kedatangan mereka. Coxey berencana menyampaikan pidato tentang pentingnya proyek pekerjaan umum, namun polisi menghalangi. Saat ia mencoba memanjat pagar Capitol, ia langsung ditangkap karena dianggap melanggar hukum.

Peristiwa itu membuat gerakan tersebut berakhir secara tragis, tetapi semangatnya justru menancap kuat di benak publik. Meskipun gagal mendorong perubahan kebijakan secara langsung, Tentara Coxey menjadi simbol baru perjuangan rakyat biasa. Untuk pertama kalinya, aksi damai digunakan sebagai sarana menuntut hak ekonomi. Gerakan ini membuka jalan bagi protes-protes besar di masa depan, dari aksi buruh hingga gerakan hak sipil.

Beberapa bulan kemudian, kelompok lain meniru langkah Coxey, seperti “Tentara Kelly” dari San Francisco, yang juga mencoba mencapai Washington untuk menyuarakan penderitaan para penganggur.

Dua puluh tahun setelah peristiwa itu, pada 1914, Coxey kembali ke Washington. Kali ini ia diperbolehkan berdiri di tangga Gedung Capitol untuk menyampaikan pidato yang dulu sempat dilarang. Ia berbicara dengan penuh kebanggaan, menegaskan bahwa perjuangannya belum sia-sia. Tiga puluh tahun berikutnya, pada 1944, tepat lima puluh tahun setelah pawai bersejarah itu, Coxey yang telah berusia 90 tahun kembali lagi ke tempat yang sama. Dunia kini sudah berubah. Gagasan yang dulu dianggap gila kini menjadi kebijakan nyata di era New Deal Presiden Franklin D. Roosevelt, negara akhirnya mengakui tanggung jawabnya dalam menciptakan lapangan kerja dan menjaga kesejahteraan rakyat.

Lihat Juga :  Mengenang Tragedi Hindenburg, Ketika Kapal Udara Raksasa Jerman Meledak

Jacob S. Coxey meninggal di Massillon, Ohio, pada 1951, di usia 97 tahun. Ia tidak meninggalkan monumen besar atau undang-undang yang mengabadikan namanya, tetapi jejak langkahnya tetap hidup dalam sejarah Amerika. Tentara Coxey membuktikan bahwa perubahan tidak selalu datang dari parlemen atau istana, melainkan bisa lahir dari langkah-langkah sederhana yang digerakkan oleh keberanian dan keyakinan akan keadilan sosial. (LSA)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos