Historia

Teater Anatomi: Ketika Ilmu Kedokteran Dipelajari di Depan Penonton

Teater anatomi di Leiden 1610. | Wikimedia Commons.

JAKARTA | Priangan.com – Sejak zaman dahulu, pembedahan mayat manusia telah menjadi metode utama dalam mempelajari anatomi. Para dokter bedah memperoleh keterampilan ini melalui observasi langsung dan praktik, seperti menjahit luka pada hewan.’

Dahulu, mahasiswa kedokteran hanya dapat menyaksikan operasi dari kejauhan tanpa menghalangi jalannya prosedur. Beberapa universitas bahkan membangun balkon observasi khusus. Namun, dengan kemajuan teknologi, kamera kini memungkinkan mahasiswa menyaksikan operasi dari ruang kelas melalui layar.

Pada era Renaisans, banyak universitas mendirikan ruang operasi khusus yang disebut teater anatomi. Ruang ini dirancang menyerupai amfiteater dengan meja operasi di tengahnya. Disertai dengan kursi bertingkat mengelilingi meja agar penonton dapat melihat prosedur dengan jelas.

Teater anatomi tidak hanya menjadi pusat pembelajaran, tetapi juga ajang unjuk keterampilan bagi dokter bedah. Salah satu tokoh terkenal, Robert Liston, dikenal karena gaya operasinya yang dramatis. Meski demikian, ia juga pelopor kebersihan di ruang operasi.

Teater anatomi pertama kali muncul di Italia pada abad ke-15. Alexander Benedetti mencatat konsep ini dalam tulisannya pada tahun 1493. Ia menekankan pentingnya ventilasi yang baik dan pengaturan tempat duduk berdasarkan peringkat.

Pada masa itu, pembedahan manusia sangat terbatas karena aturan ketat dari gereja. Hanya beberapa prosedur yang diizinkan setiap tahun. Kekurangan mayat membuat para ahli anatomi terkadang mencuri jenazah dari kuburan.

Teater anatomi awalnya bersifat sementara dan dibangun di luar area universitas untuk menghindari kontroversi. Namun, pada tahun 1594, Universitas Padua di Italia Utara mendirikan teater anatomi permanen pertama.

Teater ini berkapasitas hingga 250 penonton dengan enam galeri konsentris. Pembedahan berlangsung hingga dua minggu. Untuk mengurangi bau busuk, lilin beraroma dinyalakan dan musik dimainkan. Teater ini digunakan hingga tahun 1872 sebelum dipindahkan ke lokasi baru.

Tonton Juga :  Rupanya ini Penjajah Pertama yang Buka Pintu Eropa ke Indonesia!

Tiga tahun setelah pembangunan teater di Padua, Universitas Leiden di Belanda mendirikan teater anatomi pada tahun 1597. Bentuknya lebih luas dibandingkan Padua dan juga berfungsi sebagai museum anatomi.

Artefak seperti kerangka manusia, mumi Mesir, dan benda-benda unik lainnya dipamerkan di sana. Teater ini menarik banyak pengunjung hingga akhirnya ditutup pada tahun 1821.

Di London, teater anatomi dibangun pada tahun 1636 di Barber Surgeons’ Hall. Dengan empat baris kursi berukiran dan dekorasi khas seperti lambang Zodiak, teater ini menjadi pusat pembelajaran dan pertunjukan anatomi. Pembedahan berlangsung selama tiga hari dan diakhiri dengan pesta.

Salah satu teater anatomi paling megah berada di Bologna, Italia. Dibangun selama 12 tahun dan selesai pada tahun 1637, teater ini dihiasi dengan ukiran kayu cemara yang indah serta kursi profesor yang megah. Selama tiga abad, teater ini menjadi ikon pendidikan kedokteran.

Namun, bangunan ini hancur dalam Perang Dunia II. Beruntung, teater ini direkonstruksi menggunakan bagian asli yang ditemukan di antara puing-puing.

Memasuki abad ke-20, teater anatomi mulai ditinggalkan. Kemajuan dalam anestesi memungkinkan operasi dilakukan dengan lebih teliti dan tidak perlu terburu-buru.

Selain itu, teori kuman mengubah standar kebersihan di ruang operasi. Jumlah pengamat dibatasi demi menjaga lingkungan steril. Akibatnya, ruang operasi modern kini lebih tertutup dan higienis, berbeda dengan teater anatomi masa lalu yang terbuka bagi banyak penonton. (LSA)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: