TASIKMALAYA | Priangan.com – Situs bersejarah Lingga Yoni di Kampung Nangkerok, Kelurahan Sukamajukidul, Kecamatan Indihiang, kini semakin sulit dijangkau. Lokasi yang menyimpan peninggalan purbakala itu dikelilingi aktivitas tambang, membuat akses menuju situs tidak hanya sempit, tapi juga penuh kendala.
Lingga Yoni sendiri berupa batu berukuran sekitar 45 sentimeter dengan diameter 19 sentimeter. Batu itu terbagi menjadi tiga bagian: brahmabhaga di bagian dasar berbentuk segi empat, wisnubhaga di tengah berbentuk segi delapan, dan siwabhaga di bagian puncak berbentuk silinder. Bentuk ini dipercaya sarat makna dalam simbolisme keagamaan Hindu pada masa lalu.
Namun, untuk melihat langsung peninggalan bersejarah tersebut, pengunjung harus melalui perjalanan yang cukup melelahkan. Dari jalan utama, jalur yang tersedia hanyalah jalan setapak tanah sempit dan menanjak. Setelah itu, masih ada ratusan anak tangga yang harus ditapaki sebelum sampai ke puncak lokasi situs. Medan yang terjal membuatnya sulit dijangkau anak-anak, orangtua, maupun penyandang disabilitas.
Kendala lain adalah fasilitas penunjang yang nyaris tidak ada. Jalur menuju lokasi minim penerangan, tanpa tempat peristirahatan, serta tidak ada papan informasi yang layak. Situasi ini semakin ironis karena pintu masuk ke situs bukan berada di lahan pemerintah, melainkan milik pengusaha tambang.
Henli Yeni (52), juru kunci Lingga Yoni, mengungkapkan pengalaman pahit yang dialami pengunjung beberapa tahun lalu. Sekitar 2017, akses menuju situs pernah ditutup, sehingga siapa pun yang ingin masuk diwajibkan menitipkan KTP sebagai jaminan.
“Dulu kalau mau ke sini harus simpan KTP. Kadang kami khawatir kalau sampai sore penjaga tambang pulang, takut tidak bisa keluar. Sekarang sudah agak mending, karena ada pengusaha tambang lain yang membuka akses,” ujarnya, Jumat (5/9/2025).
Selain persoalan akses, Henli juga menyoroti kondisi fisik di sekitar situs yang tak terawat. Banyak bagian yang dibiarkan begitu saja tanpa perhatian dari pemerintah.
Kondisi memprihatinkan itu mendapat sorotan dari Ketua Fraksi PKB DPRD Kota Tasikmalaya, Asep Endang M. Syams, yang turun langsung meninjau lokasi. Ia menilai, pemerintah daerah harus segera turun tangan untuk memperbaiki fasilitas pendukung dan memastikan keberlangsungan pelestarian situs budaya.
“Ini peninggalan berharga. Jangan sampai warisan sejarah kita kalah oleh kepentingan tambang. Pemerintah harus hadir, karena tanpa perhatian yang serius, situs ini bisa hilang ditelan zaman,” tegas Asep. (yna)