TASIKMALAYA | Priangan.com – Ancaman kanker serviks di Kota Tasikmalaya patut menjadi perhatian serius, terutama karena tingginya tingkat kematian yang menyertai penyakit tersebut. Berdasarkan data terbaru Dinas Kesehatan, dari 120 kasus yang tercatat, separuhnya berujung pada kematian.
Penyakit ini dikenal sebagai pembunuh senyap atau silent killer, lantaran gejalanya kerap tidak disadari hingga memasuki stadium lanjut. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, dr Uus Supangat, mengungkapkan bahwa kanker serviks menjadi salah satu jenis kanker dengan angka kematian tertinggi di wilayahnya.
“Dari 340 kasus kanker sepanjang tahun 2024, kanker serviks menempati urutan ketiga terbanyak. Tapi kalau bicara soal kematian, dampaknya sangat mematikan – hampir 50 persen pasien tidak tertolong,” jelas dr Uus saat menghadiri peluncuran program Valing Cantix Manis di Kelurahan Tawangsari, Jumat (25/4/2025).
Ia menjelaskan, berdasarkan perhitungan epidemiologi, angka kasus kanker serviks di Tasikmalaya saat ini berada pada rasio 100 kasus per 100.000 penduduk—angka yang menurutnya masih tergolong tinggi. Pemerintah daerah menargetkan penurunan rasio ini menjadi 4 per 100.000 dalam lima tahun mendatang.
“Ini bukan sekadar target, tapi upaya nyata menyelamatkan nyawa perempuan Tasikmalaya. Kami ingin penyakit ini bisa dicegah lebih dini agar angka kematian tidak terus bertambah,” tegasnya.
Guna mendeteksi kasus secara lebih awal, Dinas Kesehatan bersama Puskesmas Tawang meluncurkan program Valing Cantix Manis. Program ini merupakan layanan deteksi dini kanker serviks berbasis puskesmas dengan pendekatan edukatif dan pemeriksaan rutin bagi perempuan usia produktif.
“Dengan pemeriksaan dini, peluang kesembuhan jauh lebih besar. Program ini akan jadi ujung tombak dalam menekan angka kematian,” tambah dr Uus.
Wali Kota Tasikmalaya, Viman Alfarizi, yang turut hadir dalam peluncuran program, menyatakan dukungannya terhadap inovasi pelayanan tersebut. Ia menilai, keberlanjutan program menjadi kunci keberhasilan dalam menurunkan angka kematian akibat kanker serviks.
“Inovasi ini bukan hanya soal layanan, tapi soal nyawa. Maka harus dijalankan dengan komitmen tinggi dan konsisten,” kata Viman. (yna)