KYIV | Priangan.com – Presiden Donald Trump memerintahkan penangguhan bantuan militer Amerika ke Ukraina pada hari Senin, 3 Maret 2025, menghentikan semua bantuan lebih dari $1 miliar, termasuk senjata yang sedang dalam perjalanan dan peralatan yang menunggu di area transit di Polandia.
Menurut Bloomberg, pembekuan ini memengaruhi senjata yang sedang dalam proses pengiriman, baik yang berada di pesawat maupun kapal. Selain itu, Washington menghentikan pendanaan penjualan senjata baru dan mempertimbangkan untuk membekukan pengiriman lainnya.
Keputusan ini diambil setelah Trump menuduh Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, tidak berkomitmen pada perdamaian selama masih mendapat dukungan penuh dari Amerika.
Dalam sebuah unggahan di Truth Social pada Jumat, 28 Februari 2025, Trump menulis bahwa Zelensky “tidak menginginkan perdamaian selama dia mendapat dukungan Amerika”.
Penangguhan ini akan berlaku hingga Trump melihat adanya komitmen tulus dari Ukraina untuk perdamaian. Sementara itu, menurut New York Times, lebih dari $1 miliar senjata dan amunisi yang sedang dalam proses juga terdampak oleh penangguhan ini.
Sehari setelah keputusan ini, pada Selasa, 4 Maret 2025, para diplomat dan politisi Ukraina bergegas mencari cara untuk menyelamatkan aliansi mereka dengan Washington. Langkah ini menambah tekanan pada Kyiv untuk menyetujui perundingan damai dengan Rusia. Ukraina pun harus bersiap menghadapi kemungkinan berjuang tanpa dukungan AS.
Menurut sumber dari The Guardian, negara-negara NATO, termasuk Polandia, mengaku tidak diberi pemberitahuan sebelumnya mengenai keputusan ini. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan sekutu AS di Eropa.
Zelensky bersikeras bahwa gencatan senjata harus disertai jaminan keamanan dari AS dan negara-negara Barat lainnya. Namun, Trump menolak memberikan jaminan khusus, termasuk menjadikan Ukraina anggota NATO atau mengirim pasukan penjaga perdamaian.
Uni Eropa mengusulkan pinjaman sebesar 150 miliar euro untuk mendukung pertahanan negara-negara anggotanya. Di sisi lain, Inggris dan Prancis mempertimbangkan mengirim pasukan penjaga perdamaian jika terjadi gencatan senjata.
Kremlin merespons keputusan Trump dengan menyatakan bahwa penghentian bantuan AS dapat mendorong Kyiv menuju proses perdamaian.
Namun, beberapa analis militer memperingatkan bahwa penghentian bantuan ini dapat memberi insentif bagi Moskow untuk meningkatkan intensitas serangan. Tanpa dukungan militer AS, kemampuan pertahanan Ukraina akan melemah, yang bisa dilihat Rusia sebagai kesempatan untuk memperkuat posisinya dalam konflik.
Polandia menyebut situasi ini “sangat serius” dan menyayangkan keputusan AS yang diambil tanpa berkonsultasi dengan sekutu NATO. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Polandia, Pawel Wronski, menilai langkah ini bisa melemahkan posisi Ukraina dalam menghadapi invasi Rusia.
Selain itu, beberapa sumber memperingatkan bahwa penghentian bantuan militer AS dapat berdampak pada jalannya perang dalam beberapa bulan ke depan, terutama dalam mempertahankan sistem pertahanan udara dan serangan presisi Ukraina.
Dengan penghentian bantuan militer dari Amerika Serikat, Ukraina menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan wilayahnya dari agresi Rusia. Langkah ini tidak hanya menambah tekanan bagi Kyiv untuk segera menyepakati perundingan damai, tetapi juga menguji kekompakan aliansi Barat dalam mendukung Ukraina.
Keputusan Presiden Trump ini bisa menjadi titik balik dalam konflik, membawa risiko eskalasi oleh Rusia atau membuka peluang diplomasi baru jika Ukraina bersedia melakukan kompromi. (LSA)