Historia

Serangan di Pearl Harbour; Mimpi Buruk Pasukan Angkatan Laut AS

Kondisi Pangkalan Pearl Harbour pasca serangan Jepang | Britanica

HAWAII | Priangan.com – Minggu, 7 Desember 1941, suasana pagi yang tenang di Hawaii berubah drastis menjadi sebuah mimpi buruk bagi pasukan Angkatan Laut Amerika Serikat. Ratusan pesawat tempur milik Jepang tiba-tiba terbang di atas langit mereka. Meluncurkan serangan mendadak terhadap pangkalan utama Armada AS, Pearl Harbour.

Selama kurang lebih dua jam lamanya, pangkalan utama armada AS di kawasan pasifik itu digempur oleh pesawat-pesawat Jepang tanpa ampun. Para prajurit pun tak bisa menahan serangan yang datang silih berganti. Walhasil, Pearl Harbour pun lumpuh seketika. Luluh lantak. Semua peralatan perang milik AS yang ada di pangkalan ini hancur lebur.

Delapan kapal perang Angkatan Laut AS  dinyatakan rusak, empat di antaranya hancur parah. Selain itu, 188 pesawat AS, tiga kapal penjelajah, tiga kapal perusak, satu kapal pelatihan anti pesawat, dan satu minelayer juga hancur. Tidak bisa difungsikan lagi.

Tak hanya merusak armada perang AS, serangan ini juga telah menyebabkan korban jiwa yang tak sedikit. Jumlahnya mencapai 2.402 orang. Ironisnya, korban itu tak hanya berasal dari para prajurit saja, masyarakat sipil pun ada yang ikut menjadi korban. Tercatat, dari total 2.402 nyawa yang melayang, 49 di antaranya merupakan warga sipil.

Dalam melancarkan aksinya, Jepang mengerahkan 300 pesawat pengebom dan torpedo. Serangan itu diperkuat oleh enam kapal induk yang sengaja didatangkan dari Samudra Pasifik. Mereka kemudian diluncurkan dalam dua gelombang. Baik gelombang satu maupun dua, keduanya memberikan dampak serangan yang sangat berarti bagi peralatan tempur AS.

Serangan Pearl Harbor ini, merupakan aksi militer Jepang yang direncanakan dengan amat matang. Jepang, kala itu berupaya menghancurkan armada AS di kawasan pasifik untuk mencegah negeri Paman Sam itu melakukan ekspansi di kawasan tersebut. Mereka meyakini, jika AS terus melebarkan sayap di kawasan maka akan menghambat Jepang untuk menguasai wilayah tersebut.

Tonton Juga :  Sosok Pahlawan Sejati Italia itu Bernama Salvo D'Acquisto

Kendati begitu, tak butuh waktu lama bagi AS untuk balas dendam. Sehari pasca serangan di Pearl Harbour, AS menyatakan perang terhadap Jepang. AS yang kala itu berada di blok sekutu bersama Britania Raya dan Uni Soviet, berkeja sama untuk melawan Jepang yang berada di blok poros bersama Jerman dan Italia.

Singkat cerita, kekuatan blok poros semakin terkikis seiring berjalannya waktu. Itu ditandai dengan kalahnya Jerman dan Italia di Kawasan Eropa. Pada tahun 1945, AS pun mengeluarkan ultimatum kepada Jepang. Mereka menyerukan agar Jepang menyerah tanpa syarat.

Sayangnya, pada saat itu Jepang masih bersikap angkuh. Mereka menolak untuk menyerah. Penolakan inilah yang kemudian membawa Amerika Serikat kepada keputusan untuk membombardir Jepang  dengan serangan bom atom.

Dua kota yang mempunyai peranan penting dalam menunjang pembangunan infrastruktur militer Jepang, Hiroshima dan Nagasaki, menjadi taget utama serangan Bom Atom. Serangan ini menjadi serangan bom atom pertamakali dalam sejarah.

Selain berhasil meluluhlantakkan dua kota itu, serangan bom ini juga menimbulkan banyak korban jiwa. Bahkan jumlahnya berkali-kali lipat dari serangan Jepang di Pearl Harbour. Tercatat, dalam serangan tersebut, jumlah korban yang meninggal mencapai 125.000 jiwa.

Peristiwa bom atom inilah yang kemudian membuat Jepang bertekuk lutut kepada sekutu. Mereka menyerah pada tanggal 15 Agustus 1945. Kaisar Hirohito, pada saat itu mengumumkan penyerahan ini melalui siaran radio yang disebut Gyokuon-hōsō. (ersuwa)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: