Sepertiga Pernikahan di Garut Masih Dini, Pemerintah Genjot Edukasi Remaja

GARUT | Priangan.com – Tingginya angka pernikahan usia dini di Kabupaten Garut kembali menjadi sorotan. Fenomena ini dinilai sebagai salah satu tantangan serius dalam membangun generasi muda yang sehat, tangguh, dan berkualitas.

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Garut, Yayan Waryana, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi sosial yang semakin kompleks di kalangan remaja.

“Remaja kita saat ini berada di fase rawan. Media sosial, perubahan gaya hidup, dan tekanan lingkungan membuat mereka semakin rentan mengambil keputusan terburu-buru, termasuk dalam hal pernikahan,” jelas Yayan kepada wartawan, Sabtu (10/5/2025).

Menurut data yang dihimpun pihaknya, sepanjang tahun 2024 tercatat 771 kasus pernikahan usia dini dari total 21.370 pernikahan di Kabupaten Garut. Artinya, sekitar sepertiga dari pernikahan yang terjadi melibatkan pasangan di bawah usia ideal untuk menikah. Kondisi ini mengkhawatirkan karena berdampak langsung terhadap kualitas kehidupan keluarga, termasuk risiko meningkatnya kasus stunting pada anak.

“Pernikahan yang dilakukan saat pasangan belum matang secara emosional dan ekonomi berpotensi menimbulkan rentetan masalah. Mulai dari tingginya perceraian, kurangnya kesiapan menjadi orang tua, hingga berisiko menambah angka stunting,” ujarnya.

Yayan menambahkan, keluarga yang dibentuk dari pernikahan dini cenderung tidak mampu menjalankan delapan fungsi utama keluarga dengan optimal, seperti fungsi pendidikan, kasih sayang, perlindungan, dan ekonomi.

Namun, ia menilai masih ada harapan besar melalui pendekatan edukatif. Program GenRe yang dijalankan DPPKBPPPA Garut menjadi ujung tombak pembinaan generasi muda agar mampu menunda usia pernikahan dan menyusun rencana hidup secara bijak. Para Duta GenRe dipersiapkan menjadi jembatan informasi dan agen perubahan di kalangan sebaya.

“Duta GenRe tidak hanya menjadi simbol kampanye, tetapi benar-benar kita dorong menjadi pendamping remaja lain untuk menjauhi perilaku berisiko. Ini termasuk memberikan edukasi tentang kesehatan reproduksi dan pentingnya menunda pernikahan sampai usia matang,” tegas Yayan.

Lihat Juga :  Dinkes Kab. Tasik Bentuk Tim Gerak Cepat KLB

Salah satu contoh generasi muda yang aktif menyuarakan pesan tersebut adalah Azka Hayda Aqila, mahasiswa asal Kecamatan Pasirwangi. Dalam ajang Pemilihan Duta GenRe Kabupaten Garut 2025, Azka berhasil meraih gelar Juara 1 Terbaik kategori putra.

Lihat Juga :  Pemkab Garut Tegaskan Proses Hukum Berjalan, Korban Didampingi Kuasa Hukum Jabar Istimewa

“Sebagai mahasiswa Kesehatan Masyarakat, saya merasa punya tanggung jawab moral untuk terlibat langsung menyuarakan isu-isu remaja. Kita tidak bisa tinggal diam melihat teman sebaya terjebak dalam pernikahan dini karena kurang informasi,” tutur Azka dengan semangat.

Azka menargetkan untuk melanjutkan kiprahnya ke tingkat provinsi, sekaligus memperluas jangkauan edukasi kepada remaja, terutama di wilayah perdesaan yang kerap menjadi kantong kasus pernikahan dini.

Dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan generasi muda itu sendiri, Garut bertekad menurunkan angka pernikahan usia dini dan menyiapkan remaja yang lebih siap menghadapi masa depan. (Az)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos