Turkiye | Priangan.com – Kalau berbicara soal tradisi yang paling menarik dari negara Turki, tarian Sufi mungkin menjadi jawabannya. Bagaimana tidak, tarian yang satu ini amat berbeda dengan tarian-tarian lain pada umumnya. Lebih dari sekadar gerakan tubuh, tarian ini merupakan bagian dari perjalanan spiritual yang dilakukan oleh para pengikut ajaran tasawuf. Tradisi ini konon sudah berlangsung sejak berabad-abad lalu dan masih dipertahankan hingga kini.
Soal sejarahnya, Tarian Sufi berasal dari ajaran yang dikembangkan oleh Jalaluddin Rumi, seorang penyair dan sufi terkenal dari abad ke-13. Rumi meyakini, melalui gerakan berputar, seseorang bisa mencapai kondisi spiritual yang lebih dalam dan merasakan hubungan yang lebih dekat dengan Sang Pencipta. Maka tak ayal, kalau para penari Sufi atau yang dikenal sebagai Semazen, akan memutar tubuh mereka dengan irama tertentu sebagai bentuk meditasi dan pengabdian.
Pakaian yang dikenakan para penari juga memiliki makna mendalam. Jubah panjang hitam yang mereka kenakan saat awal pertunjukan melambangkan kematian ego dan keterikatan pada dunia. Setelah jubah hitam dilepas, tampak pakaian berwarna putih yang melambangkan kesucian dan kebangkitan jiwa. Topi tinggi yang dikenakan mencerminkan batu nisan, sebagai simbol perpisahan dengan dunia material. Setiap elemen dalam tarian ini memiliki filosofi yang mencerminkan perjalanan manusia menuju kedamaian spiritual.
Gerakan dalam tarian ini pun bukan sekadar estetika. Setiap Semazen akan memulai dengan berdiri tegak, lalu perlahan mengangkat tangan dengan telapak kanan menghadap ke atas dan telapak kiri menghadap ke bawah. Sikap ini melambangkan penerimaan berkah dari Tuhan dan menyalurkannya kembali ke dunia. Tubuh mereka berputar dengan ritme yang teratur, menciptakan harmoni antara tubuh, pikiran, dan jiwa. Gerakan memutar ini juga melambangkan siklus kehidupan, dari penciptaan, keberadaan, hingga kembali kepada Sang Khalik.
Musik yang mengiringi tarian Sufi turut memperkuat suasana mistis yang mendalam. Suara seruling ney, dentingan alat musik petik, serta alunan rebab menciptakan nuansa yang membawa para penari dan penonton memasuki kondisi kontemplatif. Musik ini menggunakan sistem tangga nada khusus yang bertujuan membangkitkan perasaan damai dan refleksi spiritual. Irama yang mengalun perlahan membuat para penari semakin tenggelam dalam meditasi yang mereka jalani melalui gerakan berputar.
Pertunjukan tarian Sufi biasanya digelar dalam upacara khusus yang diadakan di tempat-tempat suci atau aula Mevlevi, komunitas yang mengikuti ajaran Rumi. Upacara ini dimulai dengan pembacaan ayat suci dan puisi yang menggambarkan perjalanan menuju ketuhanan. Setelah itu, para Semazen memasuki ruangan dengan langkah perlahan, bersiap untuk memulai putaran mereka. Keseluruhan prosesi ini berlangsung dalam suasana yang khusyuk dan penuh ketenangan, menghadirkan pengalaman spiritual bagi siapa pun yang menyaksikannya.
Bagi mereka yang ingin melihat langsung keindahan tarian ini, kota Konya di Turki menjadi destinasi utama. Konya merupakan tempat di mana Rumi hidup dan mengajarkan ajaran tasawufnya. Di kota ini, pertunjukan tarian Sufi rutin diadakan, terutama di kompleks makam Rumi yang kini menjadi museum.
Selain itu, beberapa kota besar seperti Istanbul dan Bursa juga sering menyelenggarakan pertunjukan serupa di berbagai pusat kebudayaan. Hingga kini, tarian Sufi tetap menjadi salah satu warisan budaya yang paling berharga dari Turki. (Ersuwa)