Sejarah Perang Mawar, Konflik Dua Wangsa Inggris yang Penuh Darah

LONDON | Priangan.com – Perang Mawar merupakan salah satu konflik paling kelam yang pernah terjadi dalam sejarah Inggris. Meski namanya terdengar romantis, perang yang berlangsung dari tahun 1455 hingga 1487 ini sebenarnya adalah rangkaian pertikaian penuh darah antara dua keluarga bangsawan yang memperebutkan takhta Inggris, yaitu Wangsa York dan Wangsa Lancaster.

Nama Perang Mawar sendiri merujuk pada simbol kedua wangsa tersebut, di mana mawar putih melambangkan Wangsa York dan mawar merah mewakili Wangsa Lancaster.

Latar belakang konflik ini berakar pada lemahnya pemerintahan Raja Henry VI dari Wangsa Lancaster. Henry VI dikenal sebagai pemimpin yang kurang mampu dan kerap menderita gangguan kesehatan mental. Kondisi ini memicu persaingan kekuasaan antara keluarga bangsawan yang merasa memiliki hak lebih atas takhta. Richard, Adipati York, menjadi salah satu sosok yang lantang dalam menentang otoritas Henry VI, terutama ketika ia ditunjuk sebagai pemangku kekuasaan selama raja tidak mampu memerintah.

Konflik pertama yang menjadi tanda dimulainya Perang Mawar adalah Pertempuran St. Albans pada tahun 1455. Dalam pertempuran ini, pasukan Wangsa York berhasil mengalahkan pihak Lancaster dan memaksa Henry VI mengakui pengaruh mereka. Walau begitu, pengakuan ini tidak meredakan ketegangan. Margaret dari Anjou, istri Henry VI, dengan tegas menolak hak Wangsa York atas takhta, terutama karena hal itu mengancam hak waris putranya, Pangeran Edward.

Perang ini terus bergulir dalam berbagai pertempuran besar, termasuk Pertempuran Wakefield pada tahun 1460 dan Pertempuran Towton pada tahun 1461. Edward IV dari Wangsa York akhirnya berhasil merebut takhta setelah Pertempuran Towton, namun kala itu posisinya juga tidak sepenuhnya stabil. Pada satu titik, Henry VI bahkan berhasil merebut kembali kekuasaannya dengan dukungan Prancis meski hanya berlangsung singkat.

Lihat Juga :  Tradisi Gigi Runcing Perempuan Mentawai jadi Simbol Kecantikan dan Kedewasaan

Pertempuran paling besar terjadi pada tahun 1485 di Bosworth Field. Richard III, raja terakhir dari Wangsa York, menghadapi pasukan Henry Tudor, yang merupakan keturunan Wangsa Lancaster melalui jalur ibunya. Kemenangan Henry Tudor dalam pertempuran ini menandai akhir dari Perang Mawar sekaligus menjuadi awal berdirinya Dinasti Tudor. Henry Tudor yang kemudian dikenal sebagai Henry VII, menikahi Elizabeth dari Wangsa York, menyatukan kedua keluarga dan mengakhiri perselisihan berdarah yang telah berlangsung selama tiga dekade itu.

Lihat Juga :  Tradisi Gigi Runcing Perempuan Mentawai jadi Simbol Kecantikan dan Kedewasaan

Hingga kini Perang Mawar meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah Inggris. Konflik ini mengubah peta kekuasaan di kerajaan tersebut. Masa damai yang dimulai oleh Henry VII, akhirnua menjadi tonggak baru bagi negeri itu dan membawa stabilitas yang telah lama dirindukan setelah periode perang saudara yang brutal tersebut. (ersuwa)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos