Historia

Sejarah Payung; Dulu Benda Ini Digunakan untuk Tunjukan Status Sosial Seseorang

Ilustrasi penggunaan payung di masa lampau | Net

JAKARTA | Priangan.com – Payung merupakan salah satu barang yang paling banyak dicari plus digunakan ketika musim hujan tiba. Siapa sangka, ternyata benda yang satu ini punya perkembangan sejarah yang cukup panjang. Sejak pertama kali ditemukan ribuan tahun yang lalu, payung telah mengalami banyak perubahan, baik dari segi fungsi maupun desain.

Menariknya, di masa silam, payung ternyata tidak hanya berfungsi sebagai pelindung dari hujan atau matahari, tetapi juga menjadi simbol kekuasaan dan status sosial di berbagai peradaban kuno.

Payung pertama kali muncul sekitar 4.000 hingga 5.000 tahun yang lalu. Peradaban Mesopotamia di Asia Barat diyakini menjadi yang pertama menggunakan payung. Alih-alih difungsikan ketika hujan, payung kala itu hanya digunakan untuk perlindungan dari terik matahari. Tak ayal bagian atap payung hanya terbuat dari dedauanan yang notabene tidak tahan air.

Sementara itu, di peradaban Mesir Kuno, payung tak Cuma digunakan sebagai alat perlindungan. Di sana, tak sembarang orang bahkan boleh pakai payung. Tercatat, hanya kalangan elit, seperti keluarga kerajaan saja yang diperbolehkan memakainya. Dalam peradaban ini, kebanyakan payung dihias dengan berbagai bulu untuk mempercantik dan memberikan wibawa terhadap para pemakainya.

Pada 3500 SM, Tiongkok kuno mengukir sejarah penting dalam inovasi desain payung. Jika sebelumnya payung hanya terdiri dari batang kayu dan dedaunan sebagai atapnya, mulai diinovasikan dengan bambu sebagai rangka dan kain untuk menggantikan daun bagian atap payug. Penggunaan kain yang dilapisi cairan lilin, memungkinkan payung lebih tahan dari cipratan air, sehingga sejak saat itu, payung mulai digunakan sebagai alat perlindungan diri saar hujan. Inovasi ini juga yang menandai kemunculan payung modern.

Penggunaan payung terus menyebar hingga ke dataran Eropa melalui jalur perdagangan dan interaksi budaya. Di Eropa, payung pada awalnya hanyalah sebuah aksesori yang hanya digunakan oleh kaum bangsawan dan orang-orang kaya. Misalnya, pada abad ke-16, payung menjadi simbol kemewahan di Prancis, terutama setelah digunakan dalam acara pernikahan kerajaan Raja Henri II dengan Catherine de Medici pada tahun 1553.

Tonton Juga :  Kekaisaran Ottoman: Dari Kebangkitan Osman I hingga Kejatuhan di Era Atatürk

Pada masa itu, payung dianggap sebagai aksesori feminin. Namun, seorang penjelajah Inggris bernama Jonas Hanway pada abad ke-18 berhasil mengubah persepsi tersebut. Hanway selalu membawa payung saat bepergian. Berkat kebiasaannya itu, payung mulai diterima secara luas di Inggris dan tidak lagi dikaitkan dengan gender tertentu.

Perkembangan teknologi pada abad ke-19 membawa perubahan besar dalam pembuatan payung. Pada tahun 1830, James Smith mendirikan toko payung pertama di London, Inggris, yang bernama James Smith & Sons. Toko ini masih eksis hingga hari ini dan menjadi saksi sejarah evolusi payung di Eropa.

Seiring berjalannya waktu, Samuel Fox yang berasal dari Inggris, mulai memperkenalkan penggunaan rangka payung yang terbuat dari baja pada tahun 1852. Desain ini menginspirasi banyak produsen payung dan menjadi standar dalam pembuatan payung modern. Penggunaan baha sebagai rangka payung, dinilai lebih kuat sehingga akan lebih awer masa pakainya.

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, penemuan payung lipat oleh John Van Wormer menjadi penemuan paling anyar dalam inovasi desain payung. Selain ringan, payung lipat juga memudahkan pemakainya untuk dibawa ke mana-mana. (ersuwa)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: