JAKARTA | Priangan.com – Gerakan Tri Tuntutan Rakyat, atau yang lebih dikenal sebagai TRITURA, merupakan salah satu kejadian penting dalam perjalanan sejarah Indonesia. Gerakan ini lahir dari keresahan masyarakat atas ketidakstabilan politik, ekonomi, dan sosial yang melanda Indonesia pasca terjadinya Gerakan 30 September 1965 (G30S).
Kala itu, tepat pada tanggal 10 Januari 1966, ribuan mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) memulai aksi demonstrasi besar-besaran di Jakarta. Mereka mengajukan tiga tuntutan (TRITURA), yaitu pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI), perombakan Kabinet Dwikora, dan penurunan harga kebutuhan pokok yang melambung tinggi.
Demonstrasi tersebut mendapat dukungan luas dari berbagai elemen masyarakat, termasuk para pelajar, buruh, dan organisasi lainnya seperti Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) dan Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI). Tak hanya itu, gelombang aksi ini juga tidak hanya berlangsung di Jakarta, tetapi turut meluas ke berbagai daerah lainnya.
Ironisnya, respons pemerintah dalam menanggapi aksi ini terbilang lambat. Presiden Soekarno yang kala itu berkuasa, baru mememenuhi salah satu tuntutan massa aksi pada bulan Februari. Kala itu, Soekarno memutuskan untuk merombak Kabinet Dwikora dan membentuk Kabinet Dwikora II yang belakangan dikenal sebagai Kabinet Seratus Menteri.
Namun, alih-alih diterima, pembentukan kabinet ini malah memicu aksi lanjutan yang lebih besar. Tepat pada tanggal 24 Februari 1966, para mahasiswa beserta elemen lainnnya kembali turun ke jalan. Namun, aksi kali ini malah berujung bentrok. Tercatat, dua orang mahasiswa harus tewas dalam bentrokan ini.
Puncak dari gelombang protes kemudian terjadi pada Maret 1966. Kala itu, Presiden Soekarno memutuskan untuk meninggalkan sidang kabinet di Istana Bogor. Peristiwa ini kemudian disusu oleh terbitnya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang menandai beralihnya kekuasaan Orde Lama ke Orde baru di bawah kendali Soeharto.
Hingga kini, TRITURA masih menjadi bagian yang tak bisa terpisahkan dari perjalanan sejarah bangsa ini, Bahkan, setiap tanggal 10 Januari diperingati sebagai Hari Tritura. Hal ini dilakukan sebagai pengingat sekaligus cerminan keberanian mahasiswa dan rakyat Indonesia dalam menghadapi ketidakadilan dan ketidakseimbangan sosial, sekaligus sebagai tonggak perubahan besar dalam sejarah politik nasional. (ersuwa)