Historia

Segenggam Garam, Secercah Harapan: Pawai Garam 1930

Mahatma Gandhi dan pengikutnya selama 'Salt March' 1930 | Alamy.

AHMEDABAD | Priangan.com – Pagi itu, udara masih sejuk ketika sekelompok orang mulai berjalan menyusuri jalan berdebu. Di antara mereka, seorang pria berjalan dengan tenang, penuh keyakinan. Dialah Mahatma Gandhi, yang akan memimpin gerakan yang mengguncang pemerintahan kolonial Inggris.

Pukul 06.30 pagi pada 12 Maret 1930, Gandhi memulai perjalanan bersejarah yang dikenal sebagai ‘Salt March’ atau ‘Pawai Garam’. Ia bersama 80 pengikutnya berjalan menuju desa Dandi di pesisir Laut Arab untuk memprotes pajak tinggi atas garam. Perjalanan sepanjang 390 km ini menarik lebih banyak peserta hingga mencapai 50.000 orang.

Pawai Garam adalah salah satu aksi pembangkangan sipil terbesar yang dipimpin oleh Gandhi di India.

Pada tahun 1882, pemerintah Inggris menerapkan Undang-Undang Garam yang melarang orang India mengumpulkan atau menjual garam. Mereka dipaksa membeli garam dari Inggris dengan pajak tinggi, padahal garam adalah kebutuhan pokok.

Sebagai bentuk perlawanan, Gandhi memulai kampanye satyagraha, atau perlawanan tanpa kekerasan.

Satyagraha berarti ‘kekuatan kebenaran’. Bagi Gandhi, ini bukan sekadar perlawanan diam-diam, tetapi aksi nyata tanpa kekerasan. Gerakan ini berlandaskan tiga prinsip: kebenaran, non-kekerasan, dan penderitaan diri sendiri. Dengan cara ini, Gandhi menolak kekerasan tetapi tetap teguh dalam perjuangannya.

Awalnya, beberapa aktivis ragu dengan pilihan ini. Namun, Gandhi meyakini garam adalah simbol perlawanan yang tepat. Pajak garam berdampak pada semua orang, tanpa memandang agama atau status sosial. Dengan memprotes kebijakan ini, rakyat India bisa bersatu melawan ketidakadilan Inggris.

Pada tahun 1930, Gandhi dan pengikutnya mulai berjalan kaki dari Sabarmati Ashram menuju Dandi. Di setiap desa yang dilewati, mereka berhenti untuk berbicara dengan masyarakat.

Selama 24 hari, Gandhi menyampaikan pidato dan memimpin doa, mengajak lebih banyak orang bergabung. Ketika mencapai Dandi, ia mengambil segenggam garam dari lumpur, melanggar hukum kolonial. Ribuan orang di berbagai kota pesisir mengikuti aksinya.

Tonton Juga :  Catherine dari Aragon; Ratu yang Dikhianati, Namun Tak Pernah Terkalahkan

Gerakan ini mendapat perhatian dunia. Pers internasional meliput aksi damai ini, mengguncang otoritas Inggris. Awalnya, tidak ada penangkapan di Dandi, tetapi dalam dua bulan berikutnya, ribuan orang ditahan.

Gandhi ditangkap pada Mei 1930 setelah mengumumkan rencana pawai ke pabrik garam Dharasana. Meski demikian, ribuan orang tetap berbaris menuju Dharasana pada 21 Mei, dipimpin oleh Sarojini Naidu. Mereka menghadapi kekerasan brutal dari polisi Inggris, dengan banyak yang dipukuli. Hingga akhir tahun, sekitar 60.000 orang telah dipenjara.

Meskipun Gandhi ditahan, satyagraha terus berlanjut. Pada 1931, ia dibebaskan dan mulai bernegosiasi dengan Inggris. Hasilnya, Pakta Gandhi-Irwin ditandatangani pada 5 Maret 1931. Gencatan senjata ini memungkinkan Gandhi menghadiri Konferensi Meja Bundar di London sebagai perwakilan Kongres Nasional India.

Pawai Garam membuktikan bahwa perlawanan damai bisa menjadi alat politik yang kuat. Gerakan ini menunjukkan bahwa ketidakpatuhan massal dapat melemahkan penguasa. Perlawanan damai Gandhi menjadi bukti bahwa persatuan rakyat dapat melawan ketidakadilan dan membawa perubahan nyata. (Lsa)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: