Sayang Tak Tersampaikan: KPAID Jabar Soroti Jarak Emosional Anak dan Orang Tua

TASIKMALAYA | Priangan.com – Ketua Forum KPAID Jawa Barat, Ato Rinanto, mengungkapkan fakta menarik dari ribuan kasus anak yang ditanganinya selama menjabat.

Ia menyebut bahwa salah satu akar persoalan yang sering luput dari perhatian adalah ketidaksinkronan antara kasih sayang orang tua dengan apa yang benar-benar dirasakan oleh anak.

“Menurut orang tua, mereka sudah melakukan segalanya. Sudah merasa menyayangi, sudah memenuhi kebutuhan anak. Tapi kenyataannya, banyak anak yang merasa tidak dicintai,” kata Ato dalam Podcast Priangan.com, Selasa (13/5/2025).

Ato menekankan bahwa inti dari kasih sayang bukan soal seberapa besar orang tua mencintai anak, tapi seberapa dalam anak merasa disayang. Ia menyebut bahwa di banyak kasus, termasuk 700 lebih yang ia tangani, komunikasi yang timpang menjadi akar persoalan antara anak dan orang tua.

“Paradigma kita harus diubah. Yang penting bukan hanya ‘saya menyayangi anak’, tapi bagaimana memastikan anak merasakan cinta itu. Banyak program luar biasa, termasuk yang dicanangkan Pak Gubernur, tapi jika tidak dikomunikasikan dengan baik, anak-anak bisa salah menangkap. Ujungnya, mereka merasa tidak dipedulikan,” lanjutnya.

Dalam pernyataannya, Ato juga menyebut pentingnya keberanian anak untuk bersuara. Ia mencontohkan seorang anak perempuan yang miskin, digusur dari rumahnya, tapi tetap berani menyampaikan pendapatnya. Menurutnya, itu adalah tanda kemajuan mental anak-anak, yang harus diapresiasi dan tidak dibungkam.

Ato mengakui bahwa secara infrastruktur hukum dan kelembagaan, Indonesia sudah memiliki sistem perlindungan anak yang cukup lengkap: dari UU Perlindungan Anak No. 35/2014, UU Sistem Peradilan Pidana Anak No. 11/2012, hingga keberadaan UPTD PPA di tiap kabupaten/kota. Namun, persoalan nyatanya masih terjadi karena minimnya keberpihakan riil dalam pelaksanaan.

“Perangkat hukum dan kelembagaan sudah ada. Tapi kalau tidak dijalankan dengan manajemen yang baik, hasilnya nol. Lihat saja di Kabupaten Tasikmalaya, walaupun anggarannya terbatas, sistem kerjanya berjalan. Bahkan kami bisa makan siang gratis karena efisiensi,” katanya dengan nada kritis.

Lihat Juga :  Viral Tak Menjamin Solusi, KPAID Jabar Pilih Jalan Sunyi untuk Anak

Ia menekankan pentingnya keberpihakan pemerintah secara konkret dalam menangani kasus anak secara menyeluruh, bukan hanya di atas kertas. Sebab, menurutnya, anak bukan sekadar angka statistik, tapi manusia yang perlu dipahami dengan hati.

Lihat Juga :  KPAID Jabar Fokus Tangani Pemulihan Korban Pencabulan oleh Mahasiswa di Ciamis

Ato menutup dengan pesan penting: perlindungan anak tidak cukup dengan aturan. Diperlukan pendekatan empatik, komunikasi efektif, dan kesungguhan dalam implementasi.

“Kasih sayang bukan hanya harus ada, tapi harus terasa. Dan itu hanya mungkin kalau kita, sebagai orang tua, guru, maupun pemerintah, mau duduk bersama anak-anak dan benar-benar mendengarkan mereka,” pungkasnya. (yna)

 

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos