TASIKMALAYA | Priangan.com – Rapat pleno terbuka rekapitulasi hasil Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pemilihan Bupati Tasikmalaya yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Tasikmalaya berakhir pada Kamis (24/4/2025) dini hari. Meski telah menyelesaikan seluruh tahapan rekapitulasi, proses ini menyisakan penolakan dari sebagian saksi paslon.
Rapat yang berlangsung di Gedung Dakwah Singaparna itu diwarnai perdebatan dan dinamika tajam. Pemenang PSU kali ini adalah pasangan calon nomor urut 02, Cecep Nurul Yakin – Asep Sopari Alayubi, yang mengantongi 465.150 suara atau 52,45 persen.
Namun, sorotan tajam justru tertuju pada keputusan saksi dari paslon nomor urut 01 dan 03 yang menolak menandatangani berita acara hasil rekapitulasi. Sikap ini menunjukkan bahwa proses yang telah dijalankan masih belum sepenuhnya diterima oleh seluruh peserta kontestasi.
“Yang menandatangani hanya saksi dari paslon 02. Itu hak masing-masing dan tetap kita catat dalam berita acara,” kata Ketua KPU Kabupaten Tasikmalaya, Ami Imran Tamami.
Paslon 03, Ai Diantani – Iip Miftahul Paoz, meraih 269.075 suara (30,35 persen), sedangkan paslon 01, Iwan Saputra – Dede Muksit Aly, memperoleh 152.557 suara (17,20 persen). Ketidakpuasan terhadap hasil ini tampaknya menjadi latar belakang keputusan para saksi tersebut untuk tidak memberikan tanda tangan.
KPU menegaskan bahwa rekapitulasi dilakukan secara terbuka dan mengakomodasi masukan dari semua pihak, termasuk saksi dan Bawaslu. Namun demikian, Ami menyatakan bahwa KPU menghormati jika ada pihak yang ingin menempuh jalur hukum.
“Kalau ada yang hendak menggugat ke Mahkamah Konstitusi, itu hak konstitusional mereka dan bagian dari demokrasi. Kami siap menjalankan apapun putusan MK nantinya,” tegasnya.
Dengan sikap saksi yang tidak menandatangani hasil pleno, PSU Tasikmalaya masih menyimpan potensi lanjutan sengketa, yang bisa membawa proses ini kembali ke meja hukum. (yna)
