TASIKMALAYA | Priangan.com — Dunia pendidikan dasar dan menengah di Kota Tasikmalaya menghadapi tantangan berat. Tak hanya soal kualitas pembelajaran, tapi juga kondisi fisik sekolah yang jauh dari kata ideal.
Ribuan siswa masih belajar di ruang kelas yang rusak, sementara ratusan ruang kelas baru sangat dibutuhkan untuk mengakomodasi pertumbuhan jumlah peserta didik setiap tahunnya.
Berdasarkan data terbaru dari Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, sebanyak 542 bangunan Sekolah Dasar (SD) tercatat dalam kondisi memerlukan rehabilitasi, baik ringan, sedang, maupun berat. Bahkan, tidak sedikit bangunan yang sudah puluhan tahun tidak pernah mengalami renovasi berarti.
Sementara itu, kebutuhan Ruang Kelas Baru (RKB) pun terus meningkat, dengan kekurangan mencapai 313 ruang yang tersebar di berbagai wilayah kecamatan.
Plt Kepala Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, Tedi Setiadi, menjelaskan bahwa bukan hanya tingkat SD yang membutuhkan perhatian. Bangunan Sekolah Menengah Pertama (SMP) juga tidak sedikit yang menunjukkan kondisi fisik mengkhawatirkan. Berdasarkan evaluasi internal, 94 SMP di kota ini juga teridentifikasi perlu mendapat perbaikan infrastruktur secara menyeluruh.
“Kondisi infrastruktur sekolah kita masih memprihatinkan di beberapa lokasi. Banyak ruang belajar yang atapnya bocor, lantainya retak, bahkan sebagian dinding mulai lapuk. Kami terus berupaya mengusulkan anggaran ke pemerintah provinsi maupun pusat,” ujar Tedi kepada wartawan, beberapa hari lalu.
Ia menegaskan bahwa pemulihan infrastruktur pendidikan tidak bisa dilakukan secara parsial. Perlu intervensi anggaran yang signifikan dan berkelanjutan agar proses belajar-mengajar bisa berjalan optimal tanpa gangguan cuaca atau risiko keselamatan.
Selain infrastruktur, persoalan manajemen sekolah juga tak kalah pelik. Tedi menyebutkan bahwa saat ini masih banyak sekolah yang mengalami kekosongan jabatan kepala sekolah definitif. Posisi tersebut sementara diisi oleh pelaksana tugas (Plt), yang secara administratif seringkali terbatas dalam mengambil kebijakan strategis di lingkungan sekolah.
“Kami sedang dalam proses pengusulan penempatan kepala sekolah definitif, supaya roda organisasi sekolah bisa berjalan lebih optimal. Kepemimpinan di satuan pendidikan sangat menentukan arah dan kualitas pembelajaran,” katanya.
Tedi juga menyampaikan rencana strategis Dinas Pendidikan ke depan, yakni memperkuat penataan guru, khususnya untuk menyelaraskan distribusi tenaga pendidik antarsekolah dan mempermudah proses mutasi guru dari luar kota. Selain itu, perekrutan guru baru yang berkualitas juga menjadi agenda prioritas.
“Dengan tata kelola guru yang lebih efisien dan adil, kami berharap terjadi pemerataan kualitas pendidikan. Tidak boleh lagi ada sekolah yang kekurangan guru mata pelajaran inti,” ujar Tedi.
Lebih lanjut, Dinas Pendidikan menekankan bahwa peningkatan kualitas pendidikan tidak cukup hanya dengan pembenahan infrastruktur atau pelatihan guru. Kesejahteraan tenaga pendidik juga menjadi aspek penting yang terus didorong agar para guru bisa menjalankan tugasnya secara profesional tanpa terbebani masalah ekonomi.
“Kami ingin kualitas pendidikan naik, tapi kesejahteraan guru juga harus terjamin. Pendidikan yang baik dibangun dari guru-guru yang bahagia dan dihargai,” imbuh Tedi.
Pemerintah Kota Tasikmalaya saat ini tengah menyusun peta jalan perbaikan pendidikan yang lebih komprehensif. Tantangan yang dihadapi memang tidak kecil, mulai dari keterbatasan anggaran, infrastruktur yang menua, hingga kekosongan manajerial di sejumlah sekolah.
Namun dengan kerja sama lintas sektor, dukungan legislatif, dan partisipasi masyarakat, optimisme tetap terjaga. Harapan besar masyarakat kini bergantung pada langkah-langkah nyata yang mampu menghadirkan pendidikan yang layak, merata, dan manusiawi di setiap sudut Kota Tasikmalaya. (yna)
