TASIKMALAYA | Priangan.com — Upaya Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan melalui jalur rekrutmen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) masih jauh dari harapan.
Meskipun proses seleksi terus berjalan, formasi untuk tenaga medis sebagian besar tetap kosong, menandakan persoalan mendasar dalam sistem distribusi dan pemenuhan SDM kesehatan daerah.
Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Tasikmalaya, H. Iing Farid Khozin, mengungkapkan bahwa pada gelombang pertama rekrutmen 2025, hanya 13 dari 50 formasi tenaga kesehatan yang berhasil terisi. Sisanya, sebanyak 37 posisi masih belum tersentuh.
“Padahal formasi guru dan teknis sudah terpenuhi. Tapi untuk tenaga kesehatan, progresnya lambat bahkan cenderung stagnan,” ujarnya, Jumat (20/6/2025).
Dengan masih terbukanya peluang pada gelombang kedua, Pemkab berharap kekosongan 37 posisi tersebut dapat terisi lewat optimalisasi hasil seleksi. Namun demikian, jika hasil akhir tidak memungkinkan, formasi tersebut akan tetap dibiarkan kosong hingga ada kebijakan lanjutan dari pemerintah pusat.
“Formasi guru dan tenaga teknis tidak lagi dibuka karena sudah penuh. Saat ini seluruh perhatian diarahkan ke formasi nakes saja,” tambah Iing.
Sebanyak 1.817 peserta tercatat mengikuti ujian seleksi tahap dua. Namun, dengan hanya satu kategori formasi yang masih tersedia, yaitu tenaga kesehatan, peluang tetap bergantung pada hasil akhir dan pemetaan kebutuhan.
Minimnya tenaga medis yang mendaftar atau lolos seleksi menjadi alarm serius bagi sistem layanan publik di daerah. Banyak fasilitas kesehatan, khususnya di wilayah pelosok, bergantung pada kehadiran tenaga PPPK untuk menutup kekurangan SDM yang sudah berlangsung bertahun-tahun.
“Kami juga masih menunggu arahan resmi dari BKN terkait nasib formasi yang tidak terisi. Karena kami tidak bisa sembarangan mengisi jika tidak sesuai mekanisme pusat,” jelas Iing.
Kondisi ini memperlihatkan bahwa sekadar membuka lowongan belum cukup untuk menyelesaikan masalah kekurangan tenaga medis.
Diperlukan pendekatan khusus dalam perencanaan kebutuhan, strategi penempatan, hingga pemberian insentif bagi tenaga kesehatan yang bersedia mengabdi di daerah. (yna)