Historia

Red Scare; Bagaimana Histeria Antikomunis Menghancurkan Hidup AS

Sumber: Hystoria.com

JAKARTA | Priangan.com – Ketakutan Merah atau dikenal dengan Red Scare adalah periode histeria antikomunis yang melanda Amerika Serikat pada akhir 1940-an dan awal 1950-an. Ketakutan yang muncul dari ancaman yang dirasakan dari ideologi komunis selama Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat ini, menyebabkan serangkaian tindakan dan kebijakan yang mempengaruhi pemerintah dan masyarakat AS yang kian mendalam.

Ketakutan Merah pertama kali muncul setelah Perang Dunia I, dipicu oleh Revolusi Rusia 1917, yang dipimpin oleh Vladimir Lenin dan kaum Bolshevik, menggulingkan dinasti Romanov dan menciptakan negara komunis. Hal inilah yang menimbulkan ketakutan global terhadap Bolshevisme dan anarkisme.

Mengulik kejadian di Amerika Serikat pada saat itu, peningkatan aksi mogok buruh dipandang sebagai ancaman terhadap gaya hidup Amerika, terutama karena beberapa pemogok dianggap sebagai imigran radikal.

Untuk mengatasi ketidakstabilan ini, Undang-Undang Penghasutan 1918 diberlakukan, menargetkan mereka yang mengkritik pemerintah dan mengawasi pemimpin radikal dengan ancaman deportasi. Ketakutan ini diperparah dengan serangkaian pengeboman anarkis pada tahun 1919 yang menargetkan penegak hukum dan pejabat pemerintah di berbagai kota besar.

Setelah Perang Dunia II, Amerika Serikat dan Uni Soviet terlibat dalam Perang Dingin, sebuah periode persaingan politik dan ekonomi. Ketegangan ini menimbulkan kekhawatiran di Amerika Serikat bahwa kaum Komunis dan simpatisan sayap kiri mungkin berperan sebagai mata-mata Soviet dan mengancam keamanan nasional.

Kekhawatiran ini tidak sepenuhnya tanpa dasar, karena Uni Soviet telah melakukan kegiatan mata-mata di Amerika Serikat dengan bantuan warga negara AS selama Perang Dunia II.

Pada 21 Maret 1947, Presiden Harry S. Truman, mengeluarkan Perintah Eksekutif 9835, yang memerintahkan analisis loyalitas bagi semua karyawan federal. Program ini menjadi kontroversial di negara yang menghargai kebebasan pribadi dan kebebasan politik.

Tonton Juga :  Mengenal Lebih Dekat Sosok Dipa Nusantara Aidit

House Un-American Activities Committee (HUAC), yang dibentuk pada tahun 1938, mengintensifkan penyelidikannya setelah Perang Dunia II, menargetkan elemen subversif di dalam pemerintah dan industri film Hollywood. Daftar hitam Hollywood dibuat, melarang individu yang diduga radikal untuk bekerja, dan daftar serupa muncul di industri lain.

Meski demikian, Senator Joseph R. McCarthy dari Wisconsin menjadi figur sentral dalam perang salib antikomunis ini. McCarthy menggunakan tuduhan dan intimidasi untuk menegakkan reputasinya sebagai tokoh yang ditakuti. Dia menuduh banyak orang, termasuk selebriti dan intelektual, sebagai simpatisan komunis, sering kali tanpa bukti yang kuat. Teror McCarthy berlanjut hingga 1954, ketika sidang Army-McCarthy mengakibatkan rekan-rekannya secara resmi mengecam taktiknya.

Tak hanya itu, J. Edgar Hoover, direktur FBI, juga berperan besar dalam investigasi antikomunis tersebut. FBI melakukan penyadapan dan pengawasan, menghasilkan berkas-berkas yang penting dalam kasus-kasus hukum, seperti vonis terhadap pemimpin Partai Komunis Amerika pada tahun 1949 dan kasus Julius dan Ethel Rosenberg, yang dihukum karena spionase pada tahun 1951.

Peristiwa internasional seperti pengujian bom nuklir oleh Uni Soviet dan kemenangan Mao Zedong di Tiongkok memperburuk kekhawatiran di AS. Perang Korea (1950-53) menambah ketegangan, meyakinkan banyak warga AS bahwa ada ancaman nyata dari komunisme.

Kekhawatiran ini menyebabkan perubahan politik menuju konservatisme. Politisi dari kedua partai besar berusaha menunjukkan diri sebagai antikomunis, dan suara-suara yang menentang tindakan-tindakan ini sering kali ditekan. Dukungan untuk kebebasan berbicara dan hak sipil lainnya menurun, seperti yang terlihat dalam putusan Mahkamah Agung AS tahun 1951 dalam kasus Dennis v. United States.

Ketakutan Merah berdampak pada ribuan individu yang diduga terlibat dengan komunisme, menyebabkan gangguan besar dalam kehidupan pribadi mereka. Mereka diasingkan, dipecat, dan menjadi korban tuduhan palsu. Meskipun iklim ketakutan mulai mereda pada akhir 1950-an, Ketakutan Merah tetap menjadi contoh penting bagaimana ketakutan yang tidak berdasar dapat membahayakan kebebasan sipil. (mth)

Tonton Juga :  Perpustakaan Zaman Kerajaan
zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: