PRIANGAN.COM | TASIKMALAYA – Ramadan, sepatutnya mengantarkan kita untuk lebih mengenali diri. Ihtisab, Mengintrospeksi diri, Filosofi dari ihtisab adalah seperti puisi. Perenungan, Satu gerak yang sudi menjelajah ruang batin. Ihtisab adalah percakapan dalam batin. Ihtisab adalah percakapan dalam sunyi, seperti laku cipta sebuah puisi. Ramadan, sepatutnya mengajak kita untuk mencari, menjelajah, setapak demi setapak perjalanan kita. Dalam hening malam, Ramadan seketika berpuisi. Syairnya yang sunyi mengajak kita untuk cengkarama bersama diri. Jangan-jangan, selama ini kita telah memeran hak Tuhan; merasa benar sendiri, merasa telah menjadi kebenaran mutlak, yang benar adalah kelompok sendiri Atau lupa bahwa kita manusia yang bisa khilaf, bisa lupa, bisa takut. Dengan kesucian Ramadan, seolah ia mengajarkan bahwa manusia yang lupa akan kedaifan diri adalah mereka yang gagal mengakrabi dirinya sendiri. Para ulama mengajarkan, tafakur diri adalah syarat utama meraih takwa. Bukankah takwa adalah tujuan dari puasa? Wallahu’alam.
- Menelusuri Jejak Kerajaan Sukakerta, Cikal Bakal Kabupaten Tasikmalaya
- Ir. Sutami, Menteri Bersahaja yang Tinggalkan Banyak Warisan
- Amanat Galunggung
- Kakak Adik Besan Pula; Pisah Pecah, Sultan Mayasari Bakal Tarung di Pilkada
- Ridwan Kamil Bisa Kalah di Pilgub Jakarta, Ini 7 Penyebabnya
- Cerutu dan Soeharto, Bukan Sekedar Kebiasaan Merokok
- Kerajaan Sunda Padjadjaran Runtuh, Sukakerta Jadi Bagian Sumedanglarang
- Ironi Ras Kuda Poni; Pernah Jadi “Mesin” Angkut Batubara, Hidup dan Mati dalam Kegelapan
- Letkol Untung Syamsuri; Bintang yang Jatuh di Malam Penuh Kelam
- Yedi Rahmat Resmi Dilantik Sebagai Pjs Bupati Tasikmalaya