PORTLAND | Priangan.com – Di sebuah desa kecil bernama Alresford, sekitar satu setengah jam perjalanan dari London, terdapat sebuah toilet umum sederhana. Dari luar tidak ada yang istimewa, hanya sebuah bangunan kecil yang sepi dan biasa digunakan warga atau pendatang yang singgah. Namun pada tahun 1950-an, tempat ini menyimpan rahasia besar. Di balik pintu biliknya, informasi militer Inggris berpindah tangan dan ikut menentukan jalannya persaingan dua kekuatan besar dunia dalam Perang Dingin.
Toilet umum ini pernah menjadi titik pertemuan tersembunyi jaringan mata-mata Soviet. Seorang pria masuk, menyeret langkah, membuka tutup tangki toilet, lalu meninggalkan sebuah paket kecil. Beberapa waktu kemudian, orang lain datang mengambilnya. Paket itu berisi dokumen rahasia, hasil penyelundupan dari pangkalan angkatan laut Inggris di Pulau Portland. Lokasi penyimpanan yang tampak sepele ini justru menjadi bagian penting dalam salah satu kasus spionase terbesar Inggris yang kemudian dikenal sebagai Portland Spy Ring.
Kisahnya berawal dari Harry Houghton, seorang pegawai sipil Angkatan Laut Inggris yang bertugas di kantor pangkalan Portland. Pangkalan ini sangat vital karena menjadi pusat pengembangan teknologi bawah laut Inggris, termasuk kapal selam nuklir.
Kehidupan Harry tiba-tiba berubah, ia punya uang berlebih, membeli mobil mewah asal Prancis, dan sering membawa pulang parsel-parsel mencurigakan. Istrinya, Peggy Houghton, mendapati beberapa dokumen yang diberi label Sangat Rahasia di rumah mereka. Ia melapor berkali-kali kepada atasan Harry, tetapi laporannya diabaikan. Kekhawatiran Peggy hanya dianggap sebagai rasa cemburu seorang istri.
Kenyataannya, Harry tidak hanya berselingkuh dengan rekan kerjanya, Ethel “Bunty” Gee, seorang juru tulis di pangkalan angkatan laut. Bersama Bunty, ia juga menjadi bagian dari sindikat mata-mata. Keduanya rutin bepergian ke London, bertemu dengan Gordon Lonsdale, seorang agen KGB yang menyamar sebagai penjual jukebox asal Kanada, dan pasangan suami istri Peter dan Helen Kroger, pedagang buku antik yang ternyata juga agen Soviet. Jaringan inilah yang kemudian membocorkan berbagai informasi militer Inggris kepada Uni Soviet.
Dokumen rahasia yang dicuri Harry dan Bunty tidak langsung diberikan. Mereka menyimpannya terlebih dahulu di toilet umum Alresford. Pasangan Kroger lalu mengambil dokumen itu, memotret ulang hingga sekecil titik di akhir kalimat, dan menyelipkannya di buku-buku antik.
Paket miniatur tersebut bisa dibaca kembali menggunakan alat khusus yang sering disamarkan sebagai benda sehari-hari, seperti koin. Tempat persembunyian ini begitu berisiko karena letaknya hanya seberang jalan dari kantor polisi, tetapi justru berhasil digunakan selama bertahun-tahun.
Akhirnya pada 1960, intelijen Inggris mendapat informasi dari CIA melalui seorang mata-mata Polandia bernama Sniper. Ia mengungkap bahwa ada pegawai angkatan laut yang direkrut KGB ketika bertugas di Warsawa, dan identitas itu mengarah pada Harry Houghton. MI6 pun melancarkan operasi, mengikuti Harry dalam perjalanan, dan menghubungkannya dengan aktivitas pasangan Kroger. Gordon Lonsdale juga terbongkar dengan nama asli Konon Molody.
Awal 1961, mereka semua ditangkap. Harry, Bunty, dan Lonsdale diringkus di luar Teater Old Vic, London, sementara pasangan Kroger ditangkap di rumah mereka. Sidang besar-besaran digelar dan vonis dijatuhkan. Kroger mendapat 20 tahun penjara, Lonsdale 25 tahun, sementara Harry dan Bunty masing-masing 15 tahun.
Meski demikian, dinamika politik internasional segera memengaruhi nasib mereka. Kroger dan Lonsdale dipertukarkan dengan tahanan lain dan kembali ke Uni Soviet, sementara Harry dan Bunty hanya menjalani sembilan tahun penjara sebelum dibebaskan. Setelah itu, keduanya menikah dan hidup bersama hingga meninggal pada pertengahan 1980-an.
Kebocoran informasi yang dilakukan jaringan Portland sangat merugikan Inggris. Angkatan Laut mengakui bahwa data yang diserahkan ke Soviet membantu mereka mengembangkan kapal selam yang lebih senyap serta memperoleh gambaran tentang kapal selam nuklir pertama Inggris, HMS Dreadnought. Peristiwa ini menegaskan bahwa satu orang dalam lingkaran dalam yang goyah bisa membuka pintu rahasia pertahanan negara kepada musuh.
Ironisnya, semua bisa saja dicegah seandainya laporan Peggy didengar sejak awal. Dokumen MI6 yang dideklasifikasi pada 2019 menunjukkan bahwa ia telah memperingatkan setidaknya tiga kali sejak 1955, tetapi selalu diabaikan.
Kini, toilet umum di Alresford masih berdiri. Sebuah plakat dipasang untuk mengenang perannya dalam kisah spionase Perang Dingin. Dari luar tetap tampak biasa, tetapi dindingnya pernah menjadi saksi bagaimana rahasia militer berpindah tangan. Tempat yang tampak remeh itu justru ikut menentukan jalannya sejarah global. (LSA)