ISTANBUL | Priangan.com – Proses diplomasi antara Rusia dan Ukraina menunjukkan kemajuan baru dalam putaran kedua perundingan yang digelar di Istanbul, Turki, pada Senin, 2 Juni 2025. Dalam pertemuan ini, kedua pihak berhasil merumuskan sejumlah kesepakatan penting yang berfokus pada isu-isu kemanusiaan di tengah konflik yang masih berlangsung.
Kepala delegasi Rusia, Vladimir Medinsky, menyampaikan kepada media bahwa kedua negara telah menyepakati beberapa poin penting dan tengah menyusun memorandum sebagai tindak lanjut dari hasil perundingan.
“Putaran kali ini menghasilkan progres yang lebih substansial dibandingkan pertemuan sebelumnya. Kami telah menyepakati beberapa langkah nyata untuk mengurangi penderitaan di medan perang,” ujar Medinsky.
Salah satu kesepakatan yang dicapai adalah pertukaran tahanan perang, khususnya mereka yang berusia di bawah 25 tahun. Medinsky menjelaskan bahwa kedua belah pihak telah setuju untuk membebaskan setidaknya 1.000 orang dari masing-masing pihak dalam kategori tersebut.
Langkah ini dipandang sebagai isyarat penting menuju pemulihan kepercayaan, terutama setelah sebelumnya hanya terjadi pertukaran terbatas yang menuai kekecewaan komunitas internasional, termasuk Amerika Serikat, yang mendesak tercapainya resolusi konflik yang lebih luas.
Selain pertukaran tahanan, Rusia juga mengumumkan akan menyerahkan secara sepihak sekitar 6.000 jenazah tentara Ukraina yang telah gugur. Penyerahan ini dijadwalkan akan dilakukan dalam waktu dekat dan dirancang agar berlangsung secara hormat.
Untuk memfasilitasi proses tersebut, Moskow mengusulkan penerapan gencatan senjata selama dua hingga tiga hari, guna memungkinkan proses pengumpulan dan pemindahan jenazah berjalan tanpa hambatan di garis depan.
“Ini adalah langkah kemanusiaan yang kami tawarkan tanpa syarat politik. Kami ingin memastikan bahwa para korban diperlakukan dengan hormat,” kata Medinsky.
Langkah penting lainnya adalah kesepakatan pembentukan tim medis gabungan dari kedua negara. Tim ini akan bertugas memberikan perawatan rutin bagi tahanan perang yang mengalami luka serius, tanpa harus menunggu keputusan politik tingkat tinggi.
Menurut Medinsky, kesepakatan ini mencerminkan pendekatan praktis dan nonpolitis dalam merespons situasi di lapangan, terutama bagi mereka yang membutuhkan perawatan segera.
“Tim medis akan mulai bekerja sesegera mungkin, dengan jadwal pemeriksaan dan penanganan yang bersifat reguler,” tambahnya.
Sebagai bagian dari upaya menuju penyelesaian konflik jangka panjang, Rusia juga telah menyerahkan draf proposal damai kepada pihak Ukraina. Dokumen tersebut terdiri atas dua bagian besar: bagian pertama menekankan pentingnya pembentukan kerangka perdamaian yang tahan lama, sementara bagian kedua menjabarkan tahapan menuju gencatan senjata penuh, lengkap dengan opsi-opsi teknis yang diajukan Moskow.
Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak Ukraina mengenai respons terhadap proposal tersebut. Namun pertemuan ini dipandang sebagai titik balik penting setelah stagnasi yang terjadi sejak perundingan putaran pertama sebulan lalu.
Meskipun belum menyentuh akar persoalan geopolitik yang memicu konflik, langkah-langkah yang diambil dalam pertemuan kedua ini dinilai sebagai sinyal positif oleh sejumlah pengamat internasional. Komunitas global menaruh harapan agar jalur diplomasi yang mulai terbuka kembali ini dapat mengarah pada penyelesaian damai yang menyeluruh. (zia)