Historia

Punkah, Kipas Kolonial yang Mengayun Sejarah India

Tiga punkah-wallah di beranda menarik tali punkah, sekitar tahun 1900. | Bridgeman Images.

KALKUTA | Priangan.com – Ketika Inggris pertama kali menjajah India, mereka menghadapi banyak tantangan untuk menyesuaikan diri. Iklim tropis yang panas dan lembap, makanan yang penuh rempah, serta nyamuk pengisap darah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari yang baru bagi mereka. Bahasa lokal pun menambah kesulitan dalam beradaptasi. Namun dari semua itu, suhu panas adalah hal yang paling sulit mereka terima.

Musim panas di India berlangsung lama, dari April hingga Oktober. Di wilayah utara dan barat, panas datang lebih awal. Bulan April dan Mei sering menjadi bulan terpanas. Setelah itu, musim hujan datang membawa kesejukan. Sebaliknya, di wilayah timur dan pesisir, musim panas tertunda karena hujan lebih awal.

Namun saat hujan mereda, suhu meningkat disertai kelembapan tinggi dari laut. Udara pun menjadi sangat pengap.
Sebelum listrik ditemukan, masyarakat mencari cara agar tetap nyaman di tengah panas. Banyak orang tidur di luar rumah, di bawah pohon atau di beranda. Mereka menggunakan kipas tangan sederhana. Bagi kalangan kaya, ada alat khusus yang disebut punkah.

Punkah adalah kipas langit-langit yang dioperasikan secara manual. Bentuknya persegi panjang, terbuat dari rotan atau kayu, dan dilapisi kain.

Punkah digantung di langit-langit dan diayunkan dengan tali dan katrol. Alat ini digerakkan oleh seorang pelayan atau budak yang disebut punkah-wallah.

Punkah hanya ada di rumah-rumah mewah, bungalow, atau kantor pemerintah. Seorang warga Inggris menggambarkan punkah ada di setiap tempat, seperti di atas tempat tidur, meja makan, bahkan bak mandi.

Punkah-wallah mengikuti majikannya, memindahkan tali dari satu tempat ke tempat lain. Dua orang biasanya dibutuhkan untuk bergantian menjaga aliran angin tetap stabil siang dan malam.

Tonton Juga :  Catatan Kedahsyatan Gunung Galunggung yang Membentuk Tasikmalaya

Punkah-wallah duduk di sudut ruangan, menarik tali secara terus-menerus. Banyak majikan lebih suka punkah-wallah yang tuli agar tidak bisa mendengar percakapan pribadi. Kadang, tali punkah ditarik dari luar ruangan melalui lubang kecil di dinding. Dengan begitu, si penarik bisa berada di luar rumah.

Meski tidak berat, pekerjaan punkah-wallah sangat membosankan. Dalam buku ‘The Complete Indian Housekeeper and Cook’, punkah disebut hanya berguna untuk mengusir nyamuk atau saat tidur di atap.

Di waktu makan, punkah sangat dibutuhkan. Tapi terlalu sering dipakai hanya sebagai penenang, sehingga fungsinya tidak maksimal. Bahkan ada anggapan bahwa menarik tali punkah bisa membuat pelayannya mengantuk.

Punkah-wallah berasal dari lapisan masyarakat termiskin. Mereka menerima upah sangat rendah. Meski begitu, mereka sangat dibutuhkan di tengah panasnya iklim India. Profesi ini bahkan menyebar ke tempat lain, seperti rumah-rumah pemilik perkebunan di wilayah selatan Amerika Serikat, yang juga memiliki banyak tenaga kerja.

Namun, segalanya berubah ketika listrik ditemukan. Pada akhir abad ke-19, kipas angin elektrik mulai hadir dan perlahan menggantikan punkah manual. Seiring waktu, profesi punkah-wallah pun menghilang.

Meski telah usang, punkah tetap menjadi simbol sejarah dan sebuah jejak dari masa kolonial yang menunjukkan bagaimana manusia beradaptasi dengan lingkungan ekstrem. (LSA)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: