TASIKMALAYA | Priangan.com – Teknologi informasi mungkin sudah menjangkau hampir seluruh kota besar di Indonesia. Namun, di sebagian pelosok Kabupaten Tasikmalaya, sinyal masih menjadi barang langka. Warga di beberapa desa bahkan harus naik bukit atau mencari titik tertentu hanya untuk bisa mengirim pesan atau melakukan panggilan.
Salah satunya seperti dialami Solehudin (45), warga Desa Cipanas, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya. Untuk menanyakan kabar anaknya di Malang, ia harus berjalan sejauh satu setengah kilometer ke atas bukit demi mendapatkan sinyal ponsel. Ini bukan cerita masa lalu, melainkan fakta hari ini.
“Saya biasanya ke sana kalau mau telepon anak. Nggak bisa di rumah, nggak ada sinyal sama sekali,” ujarnya, Jumat (1/8/2025).
Potret ini hanyalah satu dari puluhan desa lain di Tasikmalaya yang masih menghadapi persoalan serupa. Berdasarkan data Open Data Jabar, ada 49 desa di Kabupaten Tasikmalaya yang masuk kategori “susah sinyal” dan dua desa lainnya bahkan dinyatakan sebagai blank spot—wilayah tanpa akses jaringan internet maupun seluler.
Kepala Bidang Informatika dan Persandian pada Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Kabupaten Tasikmalaya, Kurnia Trisna Somantri, mengonfirmasi masih adanya desa-desa yang sulit dijangkau sinyal. Namun ia menekankan, kondisi itu tidak terjadi secara menyeluruh dalam satu desa.
“Benar masih ada titik-titik blank spot. Tapi biasanya hanya di bagian tertentu saja dalam satu desa. Misalnya di Selatan, ada beberapa dusun yang belum tersentuh sinyal,” ujar Trisna.
Ia menyebutkan beberapa kecamatan di selatan Tasikmalaya, seperti Cigalontang, memiliki wilayah yang sinyalnya masih lemah. Termasuk di antaranya adalah Kampung Cidugaleun yang berbatasan dengan Kabupaten Garut.
Trisna menjelaskan, dari tiga indikator digitalisasi—ketersediaan seluler, kualitas jaringan, dan keberadaan fiber optik—Kabupaten Tasikmalaya memang masih memiliki pekerjaan rumah, terutama dari sisi kualitas.
“Rata-rata sinyal seluler sudah tersedia, tapi kualitasnya masih rendah. Ada yang masih 2G, bahkan GPRS. Misalnya di Karangnunggal, sinyal edge masih sering kita temui,” katanya.
Sementara untuk jaringan fiber optik, dari total 351 desa yang ada, baru 327 desa yang terjangkau layanan ini. Sisanya, 24 desa masih belum tersambung.
Meski demikian, upaya untuk memperbaiki kondisi ini terus dilakukan. Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya kini sedang melakukan kerja sama dengan sejumlah penyedia layanan seluler untuk memetakan wilayah prioritas.
“Kami tengah menyusun pemetaan coverage area, dan dari Kominfo pusat juga sedang mengkaji jaringan internal pemerintah agar bisa menunjang kebutuhan digital pelayanan publik,” pungkasnya. (yna)

















