JAKARTA | Priangan.com – Politikus Partai Gerindra itu meyakini tidak ada perkosaan massal dalam peristiwa yang berujung pada lengsernya Soeharto dari kursi Presiden. Menurutnya, kasus rudapaksa itu hanyalah rumor yang tidak didukung bukti-bukti valid.

Pernyataan tersebut memanen kritikan dari banyak pihak. Namanya pun kembali diplesetkan menjadi Fadli Zonk, karena saat menjadi oposisi ia sangat rajin nyinyir kepada pemerintahan Jokowi.

Terkait pernyataannya soal perkosaan massal, Fadli Zon menegaskan tentang pentingnya kehati-hatian dan ketelitian dalam menulis sejarah, termasuk kerusuhan 13-14 Mei 1998. Menurutnya, penulisan sejarah harus didasarkan pada fakta yang terverifikasi, bukan hanya pada narasi yang belum memiliki bukti hukum dan akademik yang kuat.

Ia pun menilai bahwa laporan Tim Gabungan Pencari Fakta yang dibentuk pasca-kerusuhan tidak memuat data yang lengkap dan spesifik terkait korban, lokasi, maupun pelaku dari perkosaan massal tersebut. Naskah: AI | Editor: Aditama