KAIRO | Priangan.com – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-11 Developing Eight (D-8) yang berlangsung di Istana Kepresidenan New Administrative Capital, Kairo, Mesir.
Kehadiran Prabowo di acara ini tidak hanya menegaskan peran strategis Indonesia di forum internasional, tetapi juga menjadi momen penting untuk menyuarakan isu-isu krusial yang dihadapi dunia Muslim.
Prabowo tiba di lokasi konferensi pada Kamis (19/12) sekitar pukul 11.00 waktu setempat. Dia disambut oleh Presiden Republik Arab Mesir, Abdel Fattah El-Sisi, dan bersama para kepala negara lainnya mengikuti sesi foto resmi.
Dalam foto tersebut, Prabowo berdiri di antara Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan dan Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif, menunjukkan simbol persatuan antar pemimpin negara Muslim.
Dalam sesi pleno yang mengusung tema “Investing in Youth and Supporting SMEs: Shaping Tomorrow’s Economy”, Prabowo menyampaikan pentingnya investasi pada generasi muda dan pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) untuk memajukan ekonomi global. Namun, perhatian utama tertuju pada pidato Prabowo di sesi khusus yang membahas situasi di Palestina dan Lebanon.
Dalam pidatonya, Prabowo menyoroti lemahnya solidaritas negara-negara Muslim dalam menghadapi berbagai isu global. Menurutnya, pernyataan dukungan dan bantuan kemanusiaan sering kali tidak diikuti oleh langkah konkret untuk menciptakan perubahan nyata.
“Kita harus melihat realitas dari situasi ini. Kita selalu menyatakan dukungan untuk Palestina, Suriah, tapi dukungan yang seperti apa?” ujar Prabowo tegas.
Prabowo juga mengkritik strategi divide et impera yang terus melemahkan solidaritas antarnegara Muslim. Dia menegaskan bahwa konflik internal di beberapa negara Muslim hanya memperburuk keadaan dan memperlemah posisi dunia Islam di panggung internasional.
“Ketika saudara kita kesusahan, kita memberikan pernyataan dukungan dan mengirimkan bantuan kemanusiaan. Maaf ini opini saya, tapi mari kita lihat realitasnya. Kita harus bekerja sama, menyamakan suara, dan tidak terpecah belah,” tambahnya.
Pidato Prabowo juga menyentuh isu hak asasi manusia (HAM) yang menurutnya sering kali tidak berlaku bagi umat Muslim. Pernyataan ini menjadi kritik tajam terhadap standar ganda dunia internasional dalam menyikapi pelanggaran HAM.
“Hak asasi manusia bukan untuk orang Muslim. Ini kenyataannya, sangat menyedihkan. Mari kita kerjakan apa yang kita bisa, tapi tetap lihat realitanya dan jujur dengan diri kita sendiri,” kata Prabowo.
Sebagai penutup, Prabowo menyerukan pentingnya persatuan dan kerja sama yang erat di antara negara-negara Muslim. Dia menegaskan komitmen Indonesia untuk memainkan peran aktif dalam memperkuat kerja sama tersebut.
KTT D-8 kali ini tidak hanya menjadi ajang diskusi kebijakan, tetapi juga kesempatan memperkuat diplomasi bilateral. Di sela-sela kegiatan, Prabowo diagendakan melakukan pertemuan dengan sejumlah pemimpin negara untuk mempererat hubungan diplomatik dan kerja sama strategis.
Turut mendampingi Presiden dalam kegiatan ini adalah Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, Wakil Menteri Luar Negeri Arif Havas, dan Duta Besar Republik Indonesia untuk Mesir, Lutfi Rauf. (mth)